5 Agustus 2020
Veronika… jadi duta sampo lain? Pfft, Veronika itu duta budaya Telcacell! Minggir kalian semua, influenza kekinian akhirnya terlahir! Bukan mutasi terbaru dari virus pandeshit, ya!
Ketika si Naga mengumumkan bahwa kelak gue akan menjadi duta budaya transformasi digital untuk departemen Strategic Planning, nyaris saja rahang gue terjatuh. Go Blog, bisa bayangkan betapa jahatnya orang ini, kan? Dia itu sengaja ingin mempermalukan gue!
Mentang-mentang aparat negeri ini hobi sekali menominasikan para pelanggar aturan sebagai duta bidang tertentu dalam rangka pembinaan, si Naga menggunakan cara ini untuk membungkam gue. Dikiranya gue tidak tahu bahwa ini bentuk hukuman? Sejak kapan juga Telcacell punya duta budaya transformasi digital?!
Transformasi digital tidak bisa serta merta hanya dengan meninggalkan pengisian dokumen berbentuk kertas dan beralih ke komputer. Setidaknya itu yang gue ketahui ketika si Naga memerintahkan agar gue dan Mbak Indita menangani proyek sia-sianya Pak Alesandro untuk mengukur transformasi digital. Budaya perusahaan termasuk variabel yang patut diperhatikan, dan sudah barang tentu hasilnya adalah Telcacell masih menganut sistem feodal.
Bagaimana tidak? Rovindang T. Silaban terbilang sebagai bagian dari sistem monarki di kantor ini. Bukankah masing-masing keluarganya punya “remahan” sahamnya sendiri-sendiri? Walaupun CEO baru kami, Pak Adrian, bukan bagian dari keluarga Silaban, salah satu komisaris baru kami menyandang nama keluarga itu. Simpel saja kesimpulannya: siapa pun yang mencoba menggugat sistem monarki, mereka akan berakhir seperti gue.
Tentunya tidak semua mendadak jadi duta budaya transformasi digital pertama seperti gue. Tapi gue tidak akan heran jika akhir dari nasib mereka juga tak ada yang baik. Sejauh ini tak pernah terdengar kabar atau rumor apa pun tentang pemberontakan apa pun. Yah… pokoknya gue tidak heran jika perkara semacam itu padam dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sengaja mengubur informasi demi kepentingan pihak-pihak tertentu.