13 Agustus 2020
Ada satu hal yang tidak disadari oleh orang-orang dungu ini selagi aku diam-diam mengumpulkan dosa para manusia laknat di sekelilingku: bukti itu bisa kudapatkan tanpa bersusah payah. Kebiasaan mereka yang suka menyangkal kenyataan kumanfaatkan baik agar bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit petunjuk yang kubutuhkan. Sekecil apa pun, seremeh apa pun, kupetik satu persatu. Kelak seluruh petunjuk yang kurangkai rapi menjadi satu kesatuan takrir yang bisa kupamerkan pada dunia.
Semua rangkaian itu sedang kususun dengan rapi dan bisa terbaca ketika ada yang mengakses tautan berikut:
https://telcacellindmy.sharepoint.com/:w:/g/personal/indita_sharada_telcacell_co_id/EbfCZhKCYpVHn1uJrEwc14sBKw5WPv0CkQsfc1SUxMQuHQ?e=3IRD36
Tautan ini hanya bisa dibaca, tidak bisa diutak-atik. Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi dengan tautan ini, aku sudah menyiapkan kopian lain yang tidak bisa diakses siapa pun kecuali aku.
Memamerkan ini pada dunia maya tak serta merta membuat orang-orang membaca daftar dosa para petinggi di perusahaanku, tapi tak apa. Cepat atau lambat orang-orang akan mengetahuinya. Bisa jadi bukan karena artikel yang kubuat hari ini. Perbuatan mereka yang menjerumuskan diri masing-masing ke liang lahat yang mereka gali sendiri. Kalau pun ada kontribusiku, aku hanya sedang mempersiapkan panggung.
Siapakah yang sedang kujebak? Siapa pun bisa masuk ke dalamnya. Aku tak peduli jika yang kulaporkan itu sesama rekan seangkatan atau yang memiliki kedudukan jabatan sama, sehingga artinya aku sama tak acuhnya dengan posisi atasanku sendiri. Lingkunganku toh beracun. Jika mereka berupaya meracuniku dengan air tuba, akan kujejali mulut-mulut mereka dengan air susu sampai tak bisa lagi bernapas.
Sampai hari ini, bentuk laporanku masih agak acak. Sistem yang kubuat memang semacam diari dengan isian catatan harian selama bekerja di bawah Bu Nariti sehingga kesinambungan pekerjaan satu dan yang lain bisa tak terhubung. Ketika kubaca ulang, aku menyadari bahwa kata-kata yang tak pantas masih tertera di dokumen itu. Kalau memang ingin bermaksud melayangkan langsung ke manajemen atau pihak lain yang bisa membantuku memviralkan kasus ini, aku harus mulai menyusun lagi kata-kata yang lebih enak didengar.
Itu juga alasannya kenapa aku sengaja memisahkan dokumen tersebut dengan blog ini. Cukup psikiaterku saja yang membaca isi sumpah serapahnya. Kelak kalau HR terkena batunya, mereka harus mau mengakui isi diariku sebagai kesahihan yang mutlak. Jadi mau tak mau memang perlu kususun dengan bahasa yang lebih halus. Istilah lainnya, bahasa diplomatis.