17 Agustus 2020
Apalah artinya hari kemerdekaan kalau Minggu sore gue tetap diganggu oleh si Naga agar menyiapkan materi untuk besok Senin?
Bukankah kemerdekaan itu sesungguhnya hak segala bangsa? Maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Apakah gue tidak dianggap sebagai warga negara Indonesia yang baik makanya patut jadi keset pantat si Naga dan bukannya ikut panjat pinang supaya bisa dapat kardus televisi?
Bukan gue yang harus kembali ke sekolah dasar untuk memahami makna Pancasila sila ke 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Apanya yang beradab dari menyuruh orang sakit lekas-lekas menuntaskan tugas di waktu istirahatnya? Sudah apes gue tidak masuk kantor gara-gara meriang, malah dikerjain pula.
Mana momennya bertepatan dengan ulang tahunnya Mbak Indita. Di tempat kami, mengumumkan perayaan ulang tahun itu sama saja dengan mengumumkan lokasi burung Dodo. Gue baru bisa bertemu burung Dodo setelah kiamat, itu juga kalau kami ditempatkan di surga yang sama. Jadi sudah pasti sebuah tanda tanya besar ketika gue melihat Mbak Indita tersenyum lebar. Dia seolah dekorasi bernama “anak” dengan “orang tua” mengapit bernama si Naga dan Bu Nariti si Capit Kepiting. Astaga, apa dia baru saja amnesia sampai menjual jiwanya ke keluarga Silaban?
Gue sampai menanyakan langsung ke Bebe yang dijawab nihil. Jadwalnya bekerja tak berbarengan dengan jadwal Mbak Indita, jadi dia tidak tahu menahu tentang kejanggalan perayaan ulang tahun. Gue sama sekali tak bisa membayangkan skenario apa pun dengan ketiganya malah menyunggingkan senyum seolah mereka bagian dari acara Barney & Friends, “We are happy family!”
Ya, terserahlah. Kalau Mbak Indita mau menjual jiwanya ke si Naga, kan bukan urusan gue? Gue sendiri sudah cukup ribet dengan kondisi meriang dan kentut tiada henti. Minggu depan gue harus sembuh supaya bisa memulai misi berpetualang… sayangnya bukan ke perkebunan untuk jadi korban penculikan dan bertemu Kertarajasa. Misi gue adalah mencari jimat. Ya, ini adalah Petualangan Veronika The Explorer! Tayang setiap pukul 6 pagi sebelum ada manusia lain masuk dan nyelonong tiba-tiba sebagai figuran!
Untuk memulai misi harus dimulai pagi-pagi sekali. Jarang sekali ada yang sudah masuk kantor pukul 6 pagi, maka gue dan Bebe sepakat untuk datang kira-kira di waktu langit mulai menampakkan warna biru cerah. Dengan kesempatan menemukan jimat hanya 50:50, kami harus segera mencari sebelum si Naga menyadari jimatnya menghilang. Sebelum itu kami perlu menyepakati beberapa hal dulu melalui chat pribadi.
Veronika
Beb, memangnya mungkin banget ya ada tali pocong diikat di salah satu
meja? Biasanya jimat kayak gitu buat apa, sih?
Bebe
Tali pocong biasanya buat jimat kebal dari senjata tajam, Mbak
Veronika
Lah, tapi katanya tali pocong bisa jadi jimat? Kayak tali kolor bentuknya? Siapa
tahu si Naga siangnya jadi VP, malamnya jadi tukang asah pisau keliling
Bebe
Bisa, Mbak. Tapi kayaknya kita bisa mempersempit pencarian. Ini saya baru
nanya kenalan di Cirebon, dia lebih tahu banyak soal jimat
Sampai sekarang misteri tentang bapaknya Bebe saja masih belum terpecahkan. Ini sudah ditambah lagi dengan sosok entah dukun entah siapa yang menjadi narasumber Bebe mencari jimat! Kehidupannya benar-benar diliputi teka-teki.
Veronika
Oh, ya? Terus dapat apa?
Bebe
Jimat yang biasa dipakai untuk masalah kerja itu disebut rajah. Ada kertas
atau sejenis itu yang simbolnya pakai huruf Arab. Orang
zaman dulu percaya kalau setiap simbolnya itu punya kekuatan magis