Blurb
Arai Mustofa tidak pernah menyangka dapat melihat Kiai Haji Zainal Wahid dalam rupa yang nyata, bernapas, dan hidup. Padahal setiap bulan para santri selalu berziarah ke makam pendiri pondok pesantrennya tersebut.
Arai pun tidak mengerti mengapa dirinya tiba-tiba memasuki zaman kolonialisme Belanda. Dia bahkan nyaris dipenjara karena tidak sanggup menjelaskan mengenai identitasnya.
Arai kebingungan dan berharap bisa segera pulang. Namun, hanya tersisa tiga pilihan baginya: mati kelaparan, mati di penjara kolonial, atau mati bersama calon pendiri pondoknya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.