Para suster membicarakannya. Dokter-dokter bergumam kagum. Bukan gosip, bukan hoax. Kisah nyata pasien rumah sakit yang begitu tegar dikelilingi mayat-mayat dalam satu malam pun menyebar. Menuai ketertarikan seisi rumah sakit.
Berita yang bukan hoax itu melayang juga ke kamar VIP. Kisah ketegaran pasien tampan orientalis sukses mengalahkan pamor hoax penganiayaan yang dicetuskan ratu hoax nasional di rumah sakit itu. Pamor si nenek sihir berwajah penyok yang mengaku-ngaku korban penganiayaan terkalahkan pesona pasien baru dan tampan.
“Aku seperti mengenali pasien tampan yang mereka maksud...” ucap Calvin perlahan.
Revan menepuk dahinya. “Jangan-jangan cowok orientalis yang bikin Anya galau dahsyat.”
Nyaris saja Silvi tersedak minumannya. Ia teringat sepotong nama.
“Adica...” desahnya.
“Aku harus beri tahu Anya.”
Cepat diraihnya iPhone. Jemari lentiknya naik-turun mencari kontak Whatsapp. Calvin menatapnya ragu. Seakan mengisyaratkan Silvi untuk tidak terburu-buru.
“Sure...” kata Silvi mantap.
“Itu pasti Adica. Kau tahu? Anya dan Abi Assegaf hampir hopeless mencarinya.”
Tak bisa dicegah, Silvi nekat mengabari Anya. Calvin dan Revan bertukar pandang. Ingin rasanya memastikan, tapi Calvin belum dibolehkan turun dari tempat tidur sejak kemarin. Terkadang sulit juga memberikan bentuk kepedulian di saat sakit.
**
Dinginnya subuh menyapa kota. Bagi mereka yang teguh imannya, tak masalah bangun pagi-pagi untuk menggapai kemuliaan langit. Di saat kebanyakan orang masih terlelap di balik selimut hangat, tipe orang dengan keteguhan iman di atas rata-rata akan melangkah untuk beribadah.
Eits, jangan salah. Ibadah bukan di masjid saja. Ke studio radio untuk menyampaikan program keagamaan pun bernilai ibadah. Abi Assegaf ini contohnya. Selesai shalat Subuh, ia meluncur ke studio Refrain. Baru tiga jam lalu ia mendarat di kota cantik yang dikelilingi bukit di bagian barat dan pantai di bagian timur itu. Belum lama beristirahat, Abi Assegaf langsung berhadapan dengan padatnya aktivitas.
“Assalamualaikum warrahmatullahi wa barakatuh. Selamat pagi pendengar, kembali di 97.6 FM Refrain, Brilian and inspiratif. Seperti biasa, kami hadirkan program Kuliah Subuh hingga menjelang pukul enam. Kuliah Subuh pagi ini, edisi 19 Oktober, akan membahas tema Nifak Amali Tetap Mukmin dengan narasumber Prof...”
Opening sesion yang lancar. Kecintaannya pada siaran radio membuat Abi Assegaf terus bersiaran meski sudah sukses dan punya stasiun radio sendiri. Penyiar adalah profesi yang paling dicintainya, melebihi profesi utamanya sebagai pebisnis.
Satu jam Abi Assegaf memandu program Kuliah Subuh. Pukul enam pagi, siarannya usai. Saat itulah ia aktifkan kembali ponsel pintar berlogo apel tergigitnya. Puluhan notifikasi berebutan masuk.
Chat Whatsapp dari Anyalah yang paling banyak menarik perhatian. Anya mengiriminya pesan panjang, lengkap dengan emoji tangis penuh sekali. Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Abi Assegaf berlari keluar studio. Mengabaikan seruan tanya para kru lainnya. Saatnya ke rumah sakit.
**
Perjalanan sunyi yang kautempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta
Ingatkah engkau kepada
Embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada
Angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta
Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri