Broken Partita

princess bermata biru
Chapter #9

Butir-butir Pasir di Laut

Malaikat tampan bermata sipit itu jenuh. Jenuh luar biasa di rumah sakit. Bukannya tak bersyukur dengan pelayanan super mewah. Hanya saja, ia rindu rumah.

“Papa...aku ingin pulang.” pinta Calvin.

“Hmmm ... ok. Kau sudah dibolehkan keluar dari rumah sakit, anakku.” kata Abi Assegaf.

Rona bahagia menepi di wajah tampan Adica. “Benarkah?”

“Benar, Calvin Sayang. Kata Dokter Tian, kamu. ...”

Ah, peduli apa kata Dokter Tian? Sungguh, Calvin ingin keluar dari tempat ini. Tak adakah yang memahami keinginannya?

Pintu ruangan diketuk halus. Seorang suster mendorong troli berisi nampan sarapan. Tuan Effendi tersenyum ramah. Wajah Calvin beku tanpa ekspresi.

“Selamat pagi,” sapa suster itu ramah.

“Pagi, Anya. Kau tahu? Hari ini aku boleh pulang.”

“Alhamdulillah ....”

Adica dan Anya bertatapan. Lalu keduanya bertukar senyum. Cepat Anya menundukkan wajah. Tak tahan menatapi Adica lama-lama. Tak mampu menahan pesonanya.

Terus terang saja, perawat junior itu terpesona pada Calvin. Selain Adica, Calvinlah pasien paling tampan di rumah sakit ini. Sering ditugaskan di berbagai bangsal membuatnya mampu menilai.

“Biar saya saja, Suster. Saya tak mau anak saya disentuh tangan orang asing.” Tuan Effendi mengambil alih. Kambuh lagi penyakit over protektifnya. Sejak Calvin sakit, Tuan Effendi makin protektif.

Dengan lembut dan hati-hati, Tuan Effendi menyeka tubuh Calvin. Perawat junior itu mundur. Sepertinya ia tak boleh berharap terlalu tinggi. Banyak orang cantik dan tampan yang memperhatikan pasien berwajah malaikat ini.

Tanpa banyak berharap akan diizinkan, Adica meminta waktu sebentar pada Abi Assegaf. Ia ingin ke ruangan Calvin sebelum pulang. Di luar dugaan, Abi Assegaf mengizinkan. Asalkan ia memakai kursi roda. Adica menurut. Diambilnya biola, lalu beranjak ke ruangan sebelah.

“Adica, aku ikut. Aku juga ingin ketemu Calvin.” Anya merajuk manja, berlari menyusul ke pintu.

Pintu ruangan sebelah setengah terbuka. Pemandangan pertama yang tertangkap matanya adalah raut wajah hopeless suster junior. Lalu pandangannya beralih fokus ke arah siluet Calvin. Ruang pemahaman terbuka. Instingnya sebagai broadcaster yang out-of-the-box mulai bekerja. Adica bermain biola. Ia bawakan sebuah lagu. Mengenali lagunya, Anya tertawa lalu ikut bernyanyi.

Ikatkan padaku

Tali benang terpanjang

Agar ku bisa kauterbangkan

Sejauh yang kaumau

Angin kencang bawakan kesenangan

Dapat buatmu terbangkan ku

Sejauh yang kamu mau

Dengan senang kauterbangkan aku

Terlalu tinggi, terlalu tinggi

Di atas awan kunikmati dua sisi

Indah terbang terlalu tinggi

Lihat selengkapnya