Tum menemukan pintu dapur sedikit terbuka. Anak itu memutuskan mencari Mamak ke sumur. Biasanya Mamak memang suka bangun tengah malam dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat sunah.
"Mak, Mamak," panggil Tum kepada Mamak yang tidak kunjung mendapatkan balasan.
Suara ramai-ramai orang tertangkap dua telinga Tum. Ia amat penasaran seiring dengan semakin dekatnya gemuruh suara tersebut.
Untuk memenuhi rasa penasarannya, Tum berlari ke belakang rumah Nenek. Anak itu tidak ada takut-takutnya sama hantu atau binatang liar yang mungkin saja tiba-tiba muncul di hadapannya. Terlebih lagi, waktu masih begitu gelap dan lengang.
Ternyata Mamak, Nenek dan Kakek sedang mengendap-endap di samping jalan berundak. Lampu belakang rumah Nenek begitu redup, tetapi tidak melumpuhkan penglihatan Tum.
"Mamak," panggil Tum kepada Mamak yang berdiri di sisi paling belakang.
Agaknya Mamak terkejut dengan kehadiran putrinya. "Tum, bikin jantungku mau ambrol saja. Kenapa kamu di sini? Kalau Trias bangun bagaimana?"
Begitulah Mamak, perkara soal Trias saja begitu khawatir. Coba kalau Tum, apa mungkin Mamak akan sepeduli itu?
"Apa yang terjadi, Mak?" Alih-alih menjawab pertanyaan Mamak, Tum malah balik bertanya. Ia fokus pada obor-obor berjalan. Orang-orang yang membawa obor melewati jalanan berundak.
"Kita lihat saja, Tum. Kita semua tidak ada yang tahu apa yang terjadi." Nenek menyahut.
"Tolong pelankan suaranya, Tum." Kakek menambahkan.
"Dasar maling! Ayok kita bawa maling kecil ini ke hadapan ibu bapaknya," teriak salah satu pria berambut gondrong yang membawa obor.
Maling? Berarti telah terjadi pencurian di Mbulu dan malingnya tertangkap. Tum bermain-main dengan pikirannya.
Obor, rambut gondrong dan pengeroyokan. Bukankah semua itu tadi hadir dalam mimpi Tum. Akan tetapi, mimpi yang mana? Mimpi Tum saja berganti-ganti topik.
"Bukankah itu anaknya Sam?" Kakek menunjuk seorang bocah berpakaian lusuh yang diseret-seret oleh beberapa pria berwajah sangar di jalan berundak.
Hati Tum berdebum keras. "Aang. Itu Aang, Mak."
Mamak langsung menarik tangan Tum dan membekap mulut anak itu.
"Pulanglah sama mamakmu Tum! Biar kakek dan nenek yang akan mencari tahu apa yang terjadi," titah Kakek.