Tum

Ais Aisih
Chapter #30

Pergi ke Alam Lain

Kejadian demi kejadian membuat Tum sering murung. Kepergian teman-temannya membuat hidupnya terasa sulit. Kini, ditambah lagi dengan sahabatnya yang hilang ingatan. Luar biasa sekali ujian yang dihadirkan Tuhan untuk anak sekecil Tum.

"Tum, jangan bersedih." Ulan datang untuk menghibur anak kecil yang sedang patah hatinya.

"Ulan, apa kau bisa memasuki tubuhku?"

"Kenapa kau berpikir aku akan masuk ke tubuhmu, Tum?"

"Aku ingin kau membantuku mencari keadilan untuk Aang."

"Tum, sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah melawan garis takdir. Dalam hidup, terkadang memang harus ada yang dikorbankan." Ulan memberi pengertian.

"Tapi, kenapa harus Aang?"

"Berarti memang Aanglah yang terpilih. Lagipula, aku tidak bisa masuk ke tubuhmu yang terlalu kecil. Rohku tidak akan muat."

"Kenapa aku harus diciptakan bisa melihat seorang jin?" gumam Tum.

"Kau yang terpilih karena ketulusan hatimu. Selain itu, leluhurmu mengirimkan sebuah kekuatan. Insting yang kau miliki sangat tajam."

Tum menatap ke arah kaki Ulan. Ia penasaran, apakah Ulan tidak memiliki kaki seperti manusia? Ia ingin tahu, apakah kaki Ulan menapak pada tanah?

Ulan merupakan jin cantik yang mengenakan gaun putih panjang menjulur hingga ke tanah. Selendang-selendang dengan warna seirama melilit tubuhnya.

"Apa leluhurku membantuku?"

"Tidak, Tum. Semua sudah menjadi kehendak-Nya. Tugas kita sekarang adalah tetap menjalani kehidupan dengan baik. Terkait Aang, tak ada satu pun makhluk yang bisa mengendalikan, kecuali Allah."

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Banyak-banyaklah berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah."

Ulan pamit. Tubuhnya menghilang dan menyatu dengan tanah.

Tum meratapi kesedihan sampai arwahnya menembus jauh ke alam mimpi. Tiba-tiba tubuhnya seperti terlempar ke dalam gua, dingin dan gelap.

Tum mengendap-endap begitu mendengar suara. Di balik sebuah dinding bebatuan hitam dan besar-besar, ia mengintip. Tum melihat sebuah lorong yang terang benderang.

Ada segerombolan makhluk-makhluk berbentuk aneh melintas. Perawakannya tinggi-tinggi, tapi tidak memiliki kaki. Mereka melayang-layang di udara.

Dalam barisan gerombolan itu, ada seseorang bertubuh kurus yang berjalan di bagian paling depan. Ia membawa sebuah nampan berisi banyak jenis buah-buahan.

"Alim?" Tum langsung membekap mulutnya sendiri kuat-kuat. Takut terdengar oleh para makhluk aneh di belakang Alim.

Alim tidak sengaja menjatuhkan sebutir apel merah. Apel itu menggelinding mendekat ke arah Tum bersembunyi. Tum langsung memejamkan mata dan menahan napas agar tidak ketahuan.

"Heh, bodoh, apa yang kau lakukan? Cepatlah!" bentak salah satu dari mereka yang memiliki tubuh paling bongsor. Alim segera merapat kembali ke barisan.

Tum ternganga. Makhluk aneh yang membentak Alim ternyata adalah setan yang sering muncul dan mengganggunya saat ia demam tinggi. Di belakangnya, dua makhluk yang juga suka mengganggu Tum saat sakit, melayang beriringan.

Napas Tum naik turun. Sebenarnya, ia ada di mana? Kenapa semuanya tampak begitu nyata. Tum melihat ke bawah, kakinya normal menapak pada lantai dingin.

Tum mengingat cerita dulu saat memasuki raga Kak Mina, Ulan pernah bilang kalau Alim dijadikan pelayan di kerajaan Iblis. Tum harus menyelamatkan Alim.

Ulan datang di waktu yang tepat sebelum Tum nekat masuk ke ruangan di mana Raja Iblis berada.

"Jangan, Tum!"

Lihat selengkapnya