Tumbal Lorong Sewu

Dewie Sudarsh
Chapter #3

Cerita Hilangnya Mayang

Ini hari kedua Raisa masuk bekerja, dia merasa leher belakangnya sangat berat karena semalam susah tidur. Sella memperhatikan Raisa, lalu sedikit tersenyum.

“Kenapa? Kamu tidak bisa tidur ya semalam?”

“Kok Kakak tahu."

“Itu juga dulu aku rasain kok waktu pertama baca majalah Dunia Ghaib.”

Raisa hanya tersenyum, sebelum memulai kerja mereka briefing dulu.

“Selamat pagi.”

“Pagi Mam.”

“Jadi tema bulan ini apa Aryo?” tanya Mam Lani pada tim nya Aryo yang bertugas menerima dan membalas surat dari pembaca.

“Ada 3 terbanyak Mam, pembaca minta kita mengulas, Mayat berjalan yang ada di desa Kalisuko, Batu keramat yang ada di lereng gunung kidul, dan misteri di balik gunung putri tidur”

“Menurut kalian yang mana? Dan siapa yang mau berangkat?”

Semua orang saling pandang, bahwa tema semakin hari semakin berat dan menakutkan.

“Andi, Lola, Aryo dan Sera yang akan berangkat, terserah kalian mau meliput yang mana? Raisa masih baru disini, dia biar menghendle surat pembaca disini.”

“Oke Mam.”

“Baik, besok kalian semua berangkat, ingat kalian hanya punya waktu 2 minggu saja, lebih cepat pulang akan lebih bagus, tidak ada yang berpikir bahwa ini adalah liburan.” Mam Lani bicara dengan sangat serius.

Semua karyawan diam, wajah yang tertunjuk untuk pergi melakukan riset terlihat lesu.

“Kak Sella, kenapa mereka terlihat tidak suka.” Bisik Raisa.

“Hus, sebaiknya kamu kalau bekerja jangan banyak bicara disini,”

“Kenapa?”

“Mam Lani tidak suka orang banyak bicara, tar pulang kerja aku ceritain deh.”

Raisa menganggukan kepala nya. Selama bekerja mereka semua tidak ada yang bercakap, jangankan bercakap mereka semua serius dengan pekerjaan masing-masing, jika ada tamu yang datang, pastilah akan di kira mayat hidup.

Jam makan siang telah tiba, Raisa dan Sella menuju dapur untuk makan siang bekal yang dibawanya. Sebelum melewati dapur, Raisa melewati pintu yang bertuliskan dilarang masuk. Aneh rasanya melihat pintu itu, entah kenapa rasanya Raisa ingin membukanya.

“Kak, kenapa ada pintu-pintu terlarang disini.”

“Hus itu bukan pintu terlarang, itu kamar nya keluarga bu Lani.”

“Kamar keluarga maksudnya?”

“Kan ada namanya diatas pintu itu Ra, itu kamar pribadi.”

“Memang orang nya kemana? Kok tidak pernah terbuka?”

“Gak tahu, udah deh kerja aja jangan tanya macam-macam, udah ayo makan.”

Sella dan Raisa makan, teman-teman lain nya juga makan tanpa bersuara, benar-benar aneh disini rasanya. Saat Raisa makan dia melihat lagi bayangan seseorang, Raisa mencoba mencari-cari tapi tidak ada.

“Kenapa kamu?”

“Aku melihat seseorang tadi.”

“Suuutt, memang disini sering begitu, makanya kamu harus hati-hati.”

“Hati-hati yang bagaimana?”

“Iya itu lho, kalau kamu sering lihat-lihat sesuatu jangan diikuti,dia akan bawa kamu kealam lain.”

“Maksunya alam lain?.”

Lihat selengkapnya