Tumbal Pesan Berantai

Handi Yawan
Chapter #4

Di mana Langit dijunjung ...

Hari ini hari ke-4 dan sesuai jadwal, Winda ditemani oleh Abah Anom akan pergi ke Polda Metro Jaya.

Jam di dinding masih menunjukkan pukul 8 pagi. Tapi Winda telah berkemas dan menyempatkan dulu berwanti-wanti pada teman sekamarnya.

Marni sedang duduk di tepi ranjangnya dan memulas bedak ke wajah di depan sebuah cermin. Winda mengambil tempat duduk di samping Marni.

"Mar, jangan kasih tahu orang tuaku soal Kuntilanak, ya," pesan Winda kepada Marni dengan tatapan penuh harap.

Baru hari ini Winda sampaikan kekuatiran soal ini. Sudah lama Winda menimbang-nimbang akhirnya sekarang dia ambil keputusan. Winda tidak mau kedua orangtuanya menjadi cemas.

Marni tersenyum sambil mendekati Winda lalu memeluknya.

"Iya Win," sahut Marni maklum. Winda balas memeluk sahabatnya dengan haru. Di saat seperti ini ia merasa ada teman untuk berbagi.

Jauh dari orangtua telah dirasakan oleh Winda sehingga ia tidak mau menyusahkan mereka terus.

Sewaktu SMA dia sudah bertekad ingin mandiri dan rajin belajar sehingga sewaktu lulus Winda telah mendapatkan jalur undangan dari Universitas Nusasura.

Bapaknya Winda orang Banjarbaru dan seorang insinyur teknik sipil yang bekerja pada sebuah perusahaan kontraktor di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Untuk pertama kalinya Winda memberanikan diri mengurus semua ini sendiri.

Sekalipun Mamanya berasal dari Garut, tetapi tidak ada saudara yang tinggal di Depok atau Jakarta dan lagipula Winda ingin mandiri sehingga sekalian mencari tempat kos yang dekat ke kampus.

Jadi bagi Winda diperantauan ini dia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Marni. Sehingga sangat percaya kepada sahabat terbaiknya ini.

Kebaikan hati Marni kepadanya konsisten sejak pertama mereka berkenalan disaat melakukan registrasi ulang sebagai Mahasiswa baru Fikom di Universitas Nusasura.

Waktu itu calo-calo kos-kosan bergentayangan di depan pintu masuk universitas negeri yang berlokasi di kota Depok.

Sewaktu pertama kali menginjak kaki di universitas ini aktivitas calo-calo yang menawarkan tempat kos-kosan sangat berlebihan dan malah bikin mengganggu!

Semula Winda kuatir akan beli kucing dalam karung. Namun dia beruntung mendapat kabar ada orang yang mencari teman sekamar di tempat kos. Orang itu namanya Marni.

Calon teman sekamar Marni batal ambil kos, sehingga dia harus cari penggantinya supaya biaya kos tidak ditanggungnya sendiri.

Maka gayung bersambut, ketika Winda yang mencari info kos-kosan di aplikasi, dipertemukan dengan Marni.

Winda tidak perlu bersusah payah dan selain merasa cocok dengan tempatnya, Dia juga lekas berteman baik dengan Marni.

Marni sendiri anak Prodi Sastra Perancis tampaknya senang punya teman sekamar dengan Winda. Hingga sampai semester ke-6 ini tetap berteman baik. Malah sewaktu libur semester, Marni yang berasal dari Bekasi pernah diajak ke Banjarbaru oleh Winda. Sehingga kedua orangtua masing-masing telah menjalin silaturahmi pula.

"Mar, trus aku titip pesan ke Pak Dudung, hari ini ijin, mau pergi ke Polda ya ..."

"Santai aja," sahut Marni. "Nanti aku sempatkan pergi ke TU."

Setelah semua urusan yang dipercayakan kepada sahabatnya, lalu Winda pergi menemui Abah Anom yang juga telah menunggunya di gerasi.

Winda pergi bersama Abah Anom naik sedan Ayla punya Winda, tapi yang nyetir si Abah.

Sementara Winda sendiri selama dalam perjalanan masih belum banyak bicara. Dia duduk di sebelah Abah Anom yang pandai menempatkan diri pergi bersama perempuan.

Lihat selengkapnya