Tumbal Pesugihan Tanah Kuburan

AWSafitry
Chapter #3

Berkunjung ke Rumah Sumi

"Apa yang membuat Bu Sumi curiga?" tanya Bai menatap wajah tirus Sumi serius. 

Sumi pun menceritakan awal mula kejadian tersebut secara detail kepada Bai dan Ken yang mendengarkannya dengan seksama. 

"Nah, usaha yang dirintis saya dan suami itu tidak berkembang, Ustadz. Bahkan, kami sempat berhenti meneruskan jualan bakso di depan rumah karena kehabisan modal," papar Sumi serius.

"Lalu?" tanya Ken yang meminta Sumi melanjutkan ceritanya. 

"Suatu hari, dia diajak teman lamanya ikut ke kota untuk membantu temannya itu yang membuka warung makan lesehan di kota. Usahanya sukses dan setiap hari dagangannya selalu ramai pembeli."

"Selang satu bulan bekerja di sana, suami saya pun pulang ke rumah dan mengajak saya untuk kembali berjualan bakso. Tapi ... saya enggan karena memang belum ada modal. Jangankan modal jualan bakso lagi. Untuk makan saja kami masih kesulitan saat itu."

Sumi menoleh ke arah Anindita yang duduk di sebelahnya. Lalu, dia menggenggam telapak tangan sang anak dengan lembut. 

Dia menarik napas dalam. Lalu melanjutkan ceritanya. 

"Singkat cerita, suami saya menggadai tanah rumah yang kami tinggali sebagai modal usahanya lagi. Dari uang tersebut, suami saya menyewa tempat di dekat alun-alun Kota Kediri dan membuka kembali warung bakso."

"Alhamdulillah ... warungnya laris manis dan selalu banyak pembeli. Tapi ... ada satu hal yang membuat saya heran dan mengundang curiga ...." 

Sumi menatap sepasang suami istri yang ada di hadapannya, mendengarkan kisahnya. 

"Apa?" tanya Ken tidak sabar. Sungguh, dia penasaran. 

"Saya tidak boleh ikut campur dalam usahanya kali ini. Saya juga tidak boleh datang ke warung bakso yang suami saya jalankan. Dan yang lebih membuat saya curiga, di kios warung tersebut ada salah satu ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali suami saya sendiri," tutur Sumi serius.

Bai dan Ken pun saling pandang. Mereka mulai bisa menebak apa yang dimaksud oleh Sumi. 

"Alasannya apa, Bu?" tanya Bai yang kembali menatap wanita berusia tiga puluh lima tahun yang ada di hadapannya. 

"Katanya sih ... ruangan itu hanya berisi barang-barang bekas dan dijadikan gudang saja. Bahkan, pintunya rusak. Jadi, tidak bisa dibuka," jelas Sumi yang mengutip alasan sang Suami.

Bai menganggukkan kepalanya sambil mengusap dagu terbelahnya yang ditumbuhi cambang tipis. 

"Sejak saat itu pula, saya hamil anak kedua. Dan ... bayi yang saya kandung selama delapan bulan itu tiba-tiba menghilang tanpa sebab yang jelas, Ustadz. Dan saat saya hamil lagi, selalu keguguran. Terhitung ... sudah lima kali saya keguguran. Bersamaan dengan itu, saya juga sering kerasukan," papar Sumi. 

"Sebelumnya, Bu Sumi sudah melakukan pengobatan apa saja?" Bai menatap wajah Sumi. 

Lihat selengkapnya