Tumbal Pesugihan Tanah Kuburan

AWSafitry
Chapter #4

Tuduhan Agus

"Siapa ini, Bu?" tanya Agus dengan tatapan penuh selidik. 

Sumi bangkit dari duduknya, lalu menuntun sang Suami agar ikut duduk di sebelahnya. Tentunya dengan senyum yang seolah dipaksa. Karena terlihat jelas di wajah wanita itu jika dia tengah ketakutan. 

"Ini Ustadz Bai sama Mbak Ken istrinya. Mau silaturahmi ke sini. Mereka itu yang mengajar Anindita di pondok," jelas Sumi memperkenalkan Bai dan Ken pada Agus. 

"Betul, Pak," sahut Bai dengan senyum dan anggukan kepala. 

Sedangkan Ken hanya membalasnya dengan anggukan kepala. 

"Terus, ada urusan apa ke sini? Apa anak saya di pondok membuat kerusuhan?" tanya Agus lagi sambil menatap Bai dan Ken serius. 

"Oh, tidak, Pak. Justru, Anindita salah satu santri yang berprestasi di kelasnya," jawab Bai. "Seperti apa yang dikatakan oleh Bu Sumi, saya ke sini hanya ingin menjalin silaturahmi saja. Tidak lebih," sambungnya. 

Sumi menyentuh telapak tangan sang Suami dan menggenggamnya lembut. Sebagai kode untuk tidak terlalu curiga pada tamunya. 

Agus pun menoleh ke arah sang Istri. "Apa? Aku curiga sama kamu? Kayak yang sudah-sudah," ujarnya sambil menatap tajam sang Istri.

Melihat penampilan Bai dan Ken yang terkesan sangat agamis, membuat Agus menaruh curiga padanya.

Bai dan Ken saling pandang. Semakin merasa tidak enak hati. Karena kehadirannya jelas tidak diharapkan oleh Agus.

"Mas, kemarin aku kerasukan lagi pas jenguk Anindita di pondok. Aku malu sekali karena bikin heboh di sana. Apalagi ... sedang banyak tamu dari wali santri yang juga menjenguk anaknya yang ada di pondok."

Sumi menarik napas dalam. Telapak tangannya semakin erat menggenggam tangan sang Suami yang tampaknya mulai paham arah pembicaraannya akan ke mana. 

Sumi menatap Bai dan Ken dengan perasaan tidak enak. "Ustadz Bai itu yang menyadarkan Ibu dari kerasukan kemarin, Pak. Jadi ... Ibu berniat meminta bantuannya untuk membongkar apa yang sebenarnya terjadi sama keluarga kita," papar Sumi serius.

"Dengan cara rukiyah?" Nada suara Agus meninggi seketika. Juga kedua matanya yang langsung melotot menatap sang Istri. 

"Rukiyah syar'i, Mas. Beda dengan rukiyah yang sebelumnya." 

"Kamu itu nggak ada kapoknya. Perukiyah itu sama dengan dukun. Mereka hanya mengelabuimu saja. Memeras uang kita untuk kekayaan mereka!" tuduh Agus sambil menatap tajam dan menunjuk ke arah Bai yang mengembuskan napas panjang. 

"Bapak jangan asal menuduh suami saya begitu, ya!" balas Ken yang seketika itu langsung berdiri. Dia tidak terima jika sang Suami yang teramat dicintainya dituduh dengan tuduhan yang keji. 

Padahal, Bai sama sekali tidak memungut biaya jika setiap kali selesai merukiyah seseorang yang meminta bantuannya. 

Lihat selengkapnya