Tumbal Pesugihan Tanah Kuburan

AWSafitry
Chapter #5

Bukan Masalah Sepele

"Mbak Ken ...," sapa Sumi sambil menganggukkan kepalanya. Ada sedikit rasa malu di hatinya mengingat kejadian beberapa hari lalu yang dilakukan suaminya pada Bai dan Ken saat di rumahnya. 

Namun, dia sangat membutuhkan bantuan dari Bai, jadilah dia datang ke rumah Bai dan Ken untuk silaturahmi sekaligus meminta maaf .

"Masuk dulu, Bu Sumi ...," ucap Ken mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah dengan senyum ramah. "Duduk, Bu."

"Terima kasih, Mbak." Sumi mengangguk dan duduk di lantai dengan alas karpet yang tidak terlalu tebal, namun cukup empuk untuk diduduki.

Meski Bai sendiri berasal dari keluarga yang berkecukupan, bahkan lebih dari cukup. Bai dan Ken tetap memilih hidup sederhana. Memilih fasilitas yang diberikan oleh pondok sebagai tempat tinggal pengajar yang sudah berkeluarga. 

Mereka tetap menerapkan tawadhu dan qonaah dalam prinsip hidupnya.

"Apa kabar, Bu Sumi?" 

"Alhamdulillah baik, Mbak Ken," jawab Sumi tersenyum tipis. "Emm ... maaf kalau kedatangan saya mengganggu, Mbak."

"Nggak kok, Bu. Santai saja," sahut Ken dengan senyum ramah. 

"Ini ada sedikit bingkisan untuk Ustadz Bai sama Mbak Ken." Sumi meletakkan keranjang buah yang dibawanya di atas karpet.

"Aduh ... Bu, ini merepotkan. Jazakillah khoyron. Semoga keluarga Bu Sumi selalu diberi kesehatan dan keberkahan dalam hidup," balas Ken dengan seulas senyum. Lalu menyeret keranjang buah tersebut ke sampingnya. 

"Aamiin Ya Allah."

"Kedatangan saya ke sini, pertama ... saya ingin meminta maaf atas perlakuan suami saya tempo hari. Saya benar-benar minta maaf. Saya pikir saat itu aman, karena Mas Agus jarang sekali pulang siang hari. Dia biasa pulang malam hari di atas jam sepuluh, setelah toko baksonya tutup," tutur Sumi panjang lebar dengan raut wajah yang menyiratkan perasaan bersalah. 

"Oh itu, tidak apa kok, Bu. Bahkan, saya dan Ustadz Bai sudah melupakan itu dan hanya menganggapnya angin lalu." Ken mengusap lengan Sumi dengan lembut. 

"Ya ... meski saya agak sedikit kesal saat suami Ibu mengatai suami saya hanya memeras uang orang-orang yang meminta tolong kepada kami," kekeh Ken. "Tapi, alhamdulilah ... suami saya selalu memiliki cara tersendiri untuk meredam kekesalan saya," sambungnya dengan wajah merona.

"Meski begitu, saya tetap merasa tidak enak, Mbak. Karena sudah mengundang Mbak Ken dan Ustadz Bai, tapi malah diusir oleh suami saya."

"Sudah-sudah, tidak perlu dibahas lagi. Lagian kita nggak apa-apa kok, Bu," ucap Ken sembari mengusap pundak Sumi. Membuat wanita berusia tiga puluh lima tahun itu mengangguk dan tersenyum. 

"Saya permisi ke belakang dulu. Sebentar lagi suami saya pulang dari masjid." 

Lihat selengkapnya