Tumbal Pesugihan Tanah Kuburan

AWSafitry
Chapter #10

Ternyata

"Mas nggak lihat emang?" Ken bertanya balik pada suaminya. 

Bai menggeleng sambil memperhatikan gerobak bakso, mencari sesuatu yang mungkin terlihat aneh. "Aku nggak lihat sesuatu yang mencurigakan deh, Sayang." 

"Btw, kita begini jadi kayak detektif tahu nggak sih?" kekeh Ken yang membuat Bai ikut tersenyum. Lalu kembali memasang wajah serius. "Kamu lihat baik-baik deh. Beneran nggak lihat?" 

"Nggak. Memang kamu lihat apa?"

Bukannya menjawab pertanyaan sang Suami. Ken yang masih tahu cara membuka mata batin itu malah membuka mata batin sang Suami. 

"Mas, kamu perhatikan baik-baik, ya. Di gerobak bakso, dan beberapa meja yang ada orang makan baksonya," ucap Ken sambil menunjuk tempat yang dimaksud itu dengan lirikan matanya. Bai yang menunduk pun menganggukkan kepalanya. Mengikuti perintah sang Istri.

Bai mengangkat kepalanya dan melihat ke arah yang dimaksud sang Istri. 

"Astaghfirullahal'adzim," pekik Bai saat itu juga saat dia kini melihat apa yang juga dilihat oleh Ken. Sesosok pocong dengan wajah gosong dan mengeluarkan belatung dari lubang yang ada di wajahnya. "Ini udah nggak beres, Sayang," ucapnya serius dan menoleh pada sang Istri.

Makhluk-makhluk itu berdiri di dekat gerobak bakso. Setiap pelayan menyendok kuah bakso ke dalam mangkuk, makhluk itu langsung meludahi mangkuk berisi bakso tersebut. 

Membuat Bai dan Ken yang melihat itu pun langsung bergidik ngeri. Tidak menyangka, bakso dengan pelanggan seramai itu ternyata bercampur dengan ludah pocong yang menjijikan.

"Berarti benar dugaanku dari awal kan, Mas. Kalau suaminya Bu Sumi melakukan pesugihan," ucap Ken dengan yakin. 

Ken yang merupakan cucu dari dukun paling terkenal di Banyuwangi itu lumayan tahu bagaimana tipe-tipe orang yang bersekutu dengan jin.

Dulu, dia sering melihat bagaimana kakeknya melakukan ritual untuk orang-orang yang meminta bantuan padanya. 

"Bisa jadi, Sayang. Tapi ... kita harus tabayun dulu. Cari bukti tentang kebenaran apa yang kita duga dan kita lihat. Biar nggak jadi fitnah," ucap Bai mengingatkan. 

"Pasti itu, Mas!" Ken berdiri dari duduknya. 

"Eh, mau ke mana?" tanya Bai dengan kening berkerut. 

"Aku mau ke toilet dulu. Sekalian cari-cari informasi," bisik Ken sambil memperhatikan sekitar. 

"Aku temani, ya!" Bai yang hendak bangkit dari duduknya pun kembali didorong oleh Ken hingga dia duduk kembali. 

"Kamu di sini saja, Mas. Biar nggak mencurigakan," tolak Ken. 

Lihat selengkapnya