Tumblr Light

Pebio Maldini Putra
Chapter #5

Selongsong yang Dipersiapkan Si Rubah (Part1)

Tiga bulan berlalu sejak Malam Pesta Prom. Siswa-siswi dari salah satu SMA internasional terpandang di Jabodetabek sudah mulai memasuki sekolah mereka. Siswa-siswi itu mengenakan seragam-seragam sekolah khusus yang bersih, berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Anak-anak laki-laki mengenakan kemeja putih lengan pendek, ada bordiran almamater sekolah mereka yang bergambar angsa putih dan singa di saku depannya, dasi merah tua, dan celana kotak-kotak yang juga berwarna merah tua. Kemeja anak-anak perempuan sama dengan anak laki-laki, perbedaannya hanya ada di dasi mereka yang berbentuk pita berwarna merah, dan rok di atas lutut yang motifnya sama dengan celana anak laki-laki.  

Selasa pagi yang cukup cerah di awal bulan September. Seorang cowok sedang berjalan di koridor sekolah tersebut, dua lengannya menjinjing dua kotak plastik besar. Di dalamnya terdapat berbagai macam makanan ringan yang akan ia titipkan di salah satu warung di kantin. Tas punggung berwarna hitam melekat di punggungnya yang terbalut Hoodie berwarna biru. 

“Hai Agus,” sapa beberapa gadis-gadis. 

Cowok itu membalasnya dengan senyuman bulan sabit yang menampilkan lesung pipi. Terhitung tujuh langkah dari gadis-gadis yang menyapanya, gerombolan gadis-gadis lain pun ikut menyuarakan sapaan mereka. “Pagi Agus, follback Ig aku ya.” 

Agus kembali memperlihatkan bulan sabit berlesung pipi miliknya, kemudian mengangguk. Empat langkah kemudian, seorang gadis menghampirinya. “Agus, mau enggak jadi pacar aku?” 

Agus terdiam selama tiga detik, pertanyaan itu membuatnya syok tingkat tinggi. Agus tersenyum ke arah gadis itu. “Gue bingung jawabnya.” 

“Tinggal jawab 'ya' doang,” jawab gadis cantik nan imut itu dengan air muka penuh harap. 

“Tapi...” Agus menggantung kata-katanya. 

Mata gadis imut itu berbinar. 

“...Gue harus ke kantin,” lanjut Agus, kemudian ia pergi meninggalkan gadis imut. 

Agus bingung, kenapa sekarang ada gadis-gadis menyukainya? Dulu tidak pernah tuh, ada gadis-gadis yang menyapanya, apa lagi menyatakan cintanya. Bahkan teman sekelasnya pun kadang tidak sadar, jika mereka berada di satu kelas yang sama dengan Agus. Untunglah ia memiliki dua sahabat yang baik hati.

Ia sampai di kantin, suasana tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa siswa saja yang sedang sarapan. Agus menghampiri salah satu warung. 

“Pagi Bu,” sapanya sambil tersenyum. 

“Pagi Gus,” jawab Ibu warung. 

“Ini dagangan hari ini Bu,” Agus menyimpan dua jinjingan kotak plastik besar di atas meja. “Saya simpen di sini ya Bu.” 

“Iya,” si Ibu tersenyum ke arahnya. “Kalo bisa, besok kue ketan hitamnya di tambahin ya, sama lempernya juga, anak-anak pada suka.” 

“Iya Bu, besok saya tambahin,” seraya mengangguk dan masih tersenyum. “Kalo gitu saya pamit ke kelas dulu Bu, permisi.” 

“Iya,” Ibu warung itu pun membalas senyuman Agus. 

Agus berjalan pergi. Di perjalanan menuju kelasnya, ia bertemu sahabatnya di koridor. “Hei idola baru,” ucapnya. 

Agus tidak menghiraukannya. 

“Sombong lo.” 

“Hai Agus.”

“Pagi Agus.” 

Agus membalas anak-anak gadis itu dengan anggukan dan senyuman. 

“Ke sahabat sendiri mah sombongnya minta ampun, tapi kalo ke cewek mah, langsung di senyumin,” Oki mengeluarkan unek-uneknya sambil mengerucutkan bibirnya, membuat pipinya terlihat sangat bulat.

“Gue enggak perlu jawab sapaan lo.” 

“Lo masih ngambek?” 

“Enggak.” 

“Yaudah yuk, bareng ke kelas,” ucap Oki, lalu matanya suasana koridor berubah menjadi riuh. “Ada apaan tuh?” 

“Pura-pura enggak tau,” balas Agus. 

Cewek-cewek di koridor memandangi tempat parkir, di sana ada anak laki-laki yang baru saja melepaskan helm shark raw berwarna hitam, dan menuruni motor Ducati Scrambler Cafe Racer yang juga berwarna hitam. Ia sedang berjalan menuju gedung sekolah. Jaket denim berwarna biru yang agak kusam, headphone putih bertuliskan SONY tanpa kabel yang menggantung di lehernya, dan jangan lupakan hidungnya yang bangir, dagunya yang terbelah, rahangnya yang tegas, juga mata hazel-nya. Oh iya, tinggi badannya (jika informasi itu penting)—185 sentimeter. 

Ia memperbaiki jambul bagian depannya yang agak berwarna coklat tua dengan tangan kanan, rambutnya ikal bergelombang. Membuatnya agak sedikit mengerutkan kening. 

Oh my God.” 

My Prince.” 

Lihat selengkapnya