Tumblr Light

Pebio Maldini Putra
Chapter #12

Awal Adalah Akhir Dari Sesuatu, dan Akhir Adalah Awal Dari Sesuatu

Saat liburan sekolah tiba, hampir setiap hari Agus membantu Mas Lio di kedai miliknya. Kebiasaan Agus saat liburan memang seperti itu. Tapi hari ini, ia ingin membeli buku tentang SBMPTN. Entah itu tentang prediksi soal-soal dan lainnya. Jaga-jaga jika ia tidak lolos jalur SNMPTN. Ia sudah berada di toko buku, yang ada di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta Selatan. Ia sedang mencari-cari di rak buku, tiba-tiba matanya menangkap sosok gadis. 

"Hei Des," sapa Agus, seperti biasa, dengan senyumannya yang manis.

“Kamu lagi ngapain di sini?” tanyanya. 

“Lagi nyari buku tentang SBMPTN,” jawab Agus.

“Oh.” 

“Kalau lo, lagi ngapain di sini Des?”

“Biasa, Novel,” balas Desti sambil tersenyum. 

Agus mengangguk-angguk. “Gue nyari buku lagi ya, dari tadi enggak ketemu-ketemu.” 

“Nyarinya bukan di sini, ini jajaran novel, kamu nyarinya harus di sebelah sana, di sana tempat buku-buku pendidikan,” jelas Desti sambil menunjuk ke salah satu tempat.

“Oh di sana,” Agus menggaruk-garuk kepalanya. “Gue enggak pernah ke toko buku sih, biasanya gue ke perpus sekolah, tapi sekarang kan tutup sekolahnya. Gue sempet nyari SPG atau apa gitu karyawannya, buat nanya buku, tapi enggak ketemu-ketemu. Mau nanya di kasir, kasirnya lagi penuh sama yang ngantri, panjang banget.” 

Desti tersenyum. “Iya, kasirnya panjang banget, soalnya baru ada novel baru yang rilis dari penulis best seller.” 

(Iya, itu aku Des, kata author).

Agus mengangguk-angguk. 

“Eh, kalo kamu mau pinjem, aku banyak kok beli buku tentang SBMPTN di rumah,” tawar Desti. 

“Kan di pake lo buat belajar Des, masa gue pinjem.” 

“Bisa ganti-gantian Gus, aku enggak mungkin belajar semua bukunya dalam satu hari juga kan?” 

“Iya juga sih, tapi gue harus beli buku SBMPTN, soalnya tadi Mbak Lia ngasih uang. Kan aneh kalo pulangnya gue enggak beli bukunya, dan malah bawa buku pinjeman,” ucap Agus. 

“Oke, jadi habis ini kamu mau ke rumah aku?” tanya Desti sambil tersenyum, sebenarnya sedikit agak malu-malu. 

“Boleh deh, gue mampir bentar,” jawab Agus. “Enggak ngerepotin nih? Kan kita saingan, sama Baskara juga.” 

“Aku enggak pernah nganggep siapa pun saingan kok,” balas Desti. Masih tersenyum. 

“Percaya deh, percaya,” ucap Agus dengan senyuman berlesung pipinya. 

Desti hampir saja meleleh saat melihat senyumannya. Benar-benar manis. Apa lagi ia akan datang ke rumahnya hari ini, mata Desti berbinar. 

“Mau nganterin ke rak buku di sana enggak nih?” tanya Agus. 

“Iya Gus iya, ayo,” jawab Desti. 

Kemudian keduanya berjalan berdampingan menuju rak-rak buku pelajaran. Setelah Agus mendapatkan buku yang ia cari, mereka pun berjalan bersama menuju kasir. Desti membeli novel yang hanya tinggal satu di tempatnya. Langsung ludes di serbu oleh para penggemar penulis best seller yang baru rilis buku tersebut. Mereka pun ikut mengantre, sangat panjang. Butuh waktu hampir dua puluh menit untuk sampai di meja kasir. 

“Kita mau langsung ke rumah aku atau mau ke mana dulu?” tanya Desti. “Takutnya kamu mau beli lagi sesuatu, atau apa gitu?” lanjutnya dengan agak kikuk. Seperti gadis-gadis yang salah tingkah. 

“Enggak,” jawab Agus. “Paling nanti abis dari rumah lo mau beli dulu es krim buat Noval.” 

“Anaknya Mas Lio?” 

Agus mengangguk. 

Lengang sampai Agus kembali berbicara. “Lo laper gak?” tanyanya saat sedang berjalan bersama Desti. 

Lihat selengkapnya