Lelaki berumur 28 tahun dengan balutan Hoodie abu-abu sedang menatap sebuah pusara seseorang yang ada di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan. Rintik hujan di awal bulan Agustus menemani lelaki itu. Bulan di mana dia selalu mengingat seseorang yang sekarang sudah tertidur lelap sampai hari kebangkitan nanti.
Surat yang di tulis oleh seseorang itu selalu dia ingat dalam pikiran dan hatinya. Kata-katanya begitu membekas. Dia menyesal akan perilakunya selama ini. Dia menyesal, karena tidak pernah menghabiskan waktu dengannya. Penyesalan memang selalu datang di akhir.
Kilat menyambar, guntur menggelegar. Hujan semakin deras.
"Harusnya gue yang mati, bukan lo," gumamnya sembari meneteskan air mata, tapi hujan membawanya pergi.
Sekarang yang bisa dia lakukan hanya menangis sembari menatap pusara itu. Tak lupa hadiah yang selalu dia panjatkan untuknya. Karena itu yang dibutuhkannya saat ini, sebuah doa. Tapi hidup selalu terus berjalan dan berlanjut. Kepergiannya membuat dia sadar, bahwa setiap manusia memiliki arti dan tujuan hidup masing-masing. Dan sekarang, gilirannya yang harus menyelesaikan tujuan hidup di dunia. Menyelesaikan apa yang sudah dia mulai, dan merawat apa yang dia miliki. Dengan rasa syukur dan ikhlas.