"Jihan kamu beneran, mau tahu cara buat Ayah bangga? " Ia dapat merasakan saat kelopak mata keduanya beradu pandang. Seperti ada harapan tersirat seiring kalimat itu menembus lubang telinga. Merasuk ke dalam jiwa yang haus akan rasa bangga dari orang tua.
"Beneran dong Yah."
"Masuk STAN setelah lulus SMA," jawab Ayah beriringan dengan alisnya yang terangkat sebelah. Rasanya jelas sekali di balik ekspresi Ayah ada harapan juga ketidak percayaan putrinya mampu masuk STAN.
Sontak telapak tangannya mengepal, menepuk dada kiri beberapa kali. Dengan dorongan ambisi yang tinggi Jihan berucap sepenuh hati, "Kita lihat saja nanti Yah. Putri cantik ini akan membuatmu menghadiri wisuda di sekolah akuntansi itu."
Telapak kaki memijak dinginnya lantai berbahan dasar batu marmer itu. Bibir remaja perempuan itu mengukir senyum bersamaan kelopak mata yang hampir terbenam karenanya.
Ayah sendiri dapat dilihat, sejenak duduk kemudian terburu-buru kembali ke ruang kerjanya. Hampir tidak ada waktu luang dari seorang dosen Teknik Kepenulisan Universitas Airlangga ini untuk sejenak saja bersantai.
"Tapi Yah. Cara masuk STAN itu gimana?" Tanyanya sembari memutar badan memandang Ayah yang kini telah dibalik punggungnya.
"Ya kamu harus lulus seleksi. "
"Ayah... Maksutnya bukan begitu, " desak Jihan mengomplain jawaban yang menyisakan segundang tanda tanya untuk dirinya. Bersamaan dengan wajah tertekuk yang bersahabat erat dengan rasa kesal dibalik hati yang terasa semakin kusut.
"Tanya kan saja sama Masmu. Jangan lupa Dia kan pernah lulus seleksi STAN. "
"Tak" bunyi ibu jari yang beradu cepat dengan telunjuk. Lalu kepalanya mengangguk-angguk beberapa kali, bibirnya tersenyum tipis. Jihan mulai bisa membaca situas, dari mana dan dengan cara apa Ia akan memulai menjalankan misi
"Nah, ide bagus." Jihan berbicara kepada dirinya sendiri. Kemudian meninggalkan ruangan mengabaikan Ayah yang berdiri di ambang pintu ruang kerja. Langkahnya sudah terencana dengan sangat matang. Ia akan mencari keberadaan kakaknya.
Secara terang-terangan sampai detik ini Jihan belum pernah mengakui kehebatan apapun yang ada pada kakaknya. Meskipun sejak kanak-kanak ada banyak hal yang membuat Jihan ingin memiliki kemampuan seperti kakaknya. Seperti menguasai pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, dan Seni.
Tentang STAN, sebenarnya hari itu kakak diterima di sekolah tinggi akuntansi, tetapi baginya Institut Teknologi Bandung jauh lebih menarik. Sekolah impian banyak orang termasuk ayah tidak membuat kakak menaruh perhatian sedikitpun, waktu itu kakak bilang hanya ingin menguji otaknya saja.