Turn my time for you

Muhammad Diaz Ardiansyah
Chapter #1

Must be done this time!

Langit sore itu berwarna jingga pucat, seperti biasa. Tapi bagi Arga, ini bukan sore biasa. Ini adalah sore ke-32 yang ia alami berulang kali, hari yang sama, kejadian yang sama, dan akhir yang selalu tragis : Daisy meninggalkan dunia ini.

Ia sudah mencoba segalanya. Mengubah rute kendaraannya, menghindari tempat kejadian, bahkan mencoba menjauh dari Daisy. Tapi tetap saja, entah bagaimana, nasib membawa mereka ke titik yang sama. Dan Daisy selalu pergi ... meninggalkannya dengan luka yang tak akan pernah bisa sembuh.

Hari ini, Arga berdiri di halte tempat mereka berdua pertama kali bertemu. Ia menatap jam tangannya, sudah pukul 17.43. Dalam dua menit, mobil putih itu akan melaju terlalu cepat di tikungan. Dan Daisy akan berada di jalur mobil yang tak terkontrol itu.

Bunyi klakson motor membuyarkan pikirannya. Arga menoleh. Daisy datang kearahnya, tersenyum seperti biasa, belum tahu apa yang akan terjadi. Tapi kali ini, Arga sudah siap.

"Aku nggak akan biarin kamu mati lagi," gumamnya.

Daisy melambai dari kejauhan, rambutnya yang panjang tertiup angin sore. “Arga! Udah lama kah nunggunya?” serunya sambil tertawa kecil.

Arga menahan napas. Suara itu, tawanya, bahkan cara dia menyelipkan rambut ke telinga, semuanya persis seperti 31 kali sebelumnya. Tapi kali ini, dia tak boleh gagal.

“Daisy, jangan nyebrang dulu!” Arga berseru, langkahnya cepat menghampiri, dan membiarkan tangan kanannya terbentang didepan Daisy.

Daisy mengernyit. “Hah? Kenapa? Jalan lagi sepi kok. Ngapain coba?”

“Pokoknya jangan nyebrang dulu,” ucap Arga, matanya menatap jam. 17.44. Satu menit lagi.

Daisy tertawa kecil. “Kamu ini kenapa sih? Kayak ngeliat hantu mau lewat aja.”

Arga seketika menggenggam tangan Daisy dengan erat. “Aku serius. Dengerin aku, ya. Ada mobil yang bakal ngebut dari tikungan itu. Kamu bisa---”

BRAAAK!

Belum sempat Arga menyelesaikan kalimatnya, suara tabrakan keras terdengar dari arah lain. Arga dan Daisy spontan menoleh. Tapi bukan Daisy yang tertabrak. Melainkan seorang pengendara motor tergeletak di jalan, sementara mobil putih ringsek dan berhenti mendadak.

Arga membeku. Ini berbeda. Ini pertama kalinya kejadian berubah. "Lho, ini kan. Mungkinkah aku berhasil?" Pertanyaan itu muncul didalam pikirannya sendiri.

Daisy menatap Arga dengan bingung. “Kamu ... gimana bisa tahu?”

Arga menatapnya dalam-dalam. “Karena aku udah ngalamin ini puluhan kali. Dan aku nggak akan biarin kamu mati lagi.”

Daisy terdiam. Angin sore makin dingin pertanda waktu akan merubah segalanya, langit mulai gelap. Tapi untuk pertama kalinya, Arga merasa harapan itu nyata.

Arga menggenggam erat tangan Daisy, menuntunnya untuk segera pergi dari lokasi itu. Daisy yang masih penuh dengan rasa kebingungan, memutuskan untuk mengikuti langkah kaki Arga membawanya.

Sampai di sebuah restoran kecil di sudut jalan yang hangat dan suasananya menenangkan. Bau kopi dan roti panggang memenuhi udara. Arga menarik kursi untuk Daisy, lalu duduk di depannya, tangan masih gemetar sedikit.

Daisy menatapnya lama, matanya sempit curiga. “Barusan itu... kebetulan kan? Kamu lebay banget bilang udah ngalamin hari ini puluhan kali.”

Lihat selengkapnya