Entah berapa lama waktu berjalan setelah gelegar suara Pak Sukar memekakkan telingaku. Sebagaimana yang Pak Sukar sarankan, aku tidak pernah sedikit pun berusaha membuka mata yang terpejam. Meskipun pada saat itu aku terus-menerus dihantui bayang-bayang menyeramkan tentang berbagai rupa sosok makhluk tak kasat mata. Tentu saja, sosok-sosok yang ada di dalam bayanganku itu tidak berasal dari dunia manusia. Kami berbeda alam. Atau bisa jadi beberapa dari mereka adalah manusia, hanya bentuk mereka yang tak seperti manusia kebanyakan.
Sosok yang paling aku ingat dan tak dapat kulupakan hingga saat ini adalah sebadan nenek tua ringkih berambut putih yang panjangnya hingga punggung. Nenek tua ringkih berkulit keriput itu tak mengenakan sehelai pun kain, dalam arti bahwa ia bertelanjang bulat. Matanya begitu dalam, bola matanya hitam pekat, serta ada banyak darah yang menghiasi di sekitar mulutnya. Tampaknya darah yang berserakan di sekitar mulutnya itu masih segar.
Aku kebingungan setengah mati dan hanya duduk diam dengan mata terpejam. Apa pun yang nenek tua ringkih itu berusaha lakukan padaku, aku tetap bergeming. Sebab jika aku melakukan sesuatu, kabur dari delman misalnya, takutnya terjadi hal-hal yang tidak aku inginkan. Itu pun Pak Sukar yang berkata demikian. Beliau sangat menekankan agar aku diam di tempat saja, tak bergerak seperti mayat.
“Wati ….”
Kini, tak hanya bayang-bayang yang berusaha merobohkan keteguhanku untuk tetap bergeming, tetapi mulai terdengar suara-suara yang memanggil namaku. Suara serak, berat, dan bisik yang tajam.
“Kamu adalah bagian dari kami ….”
Meskipun terkesan agak samar, tapi dapat kutangkap sepotong kalimat yang berusaha sosok-sosok tak kasat mata di sekelilingku ini katakan. Apa maksud mereka? Mengapa mereka berkata bahwa aku adalah bagian dari mereka?
Tidak! Tentu saja aku tidak salah dengar. Aku memfokuskan pendengaran untuk lebih meyakinkan bahwa telingaku memang tak salah tangkap. Ya! Itu kalimatnya. Sosok-sosok itu berkata aku adalah bagian dari mereka. Aku sungguh tak mengerti! Apa yang sebenarnya terjadi?
Ingin sekali aku membuka mulut untuk menanyakan maksud perkataan mereka. Namun, aku kembali teringat perkataan Pak Sukar. Aku tak boleh membuka mata! Ya! Pak Sukar hanya berkata bahwa aku tak boleh membuka mata dan keluar dari delman. Dan itu artinya beliau tidak melarang aku membuka mulut. Jika memang demikian, aku ingin memastikan.
Aku takut, tapi aku kini jauh lebih penasaran. Semua hal mengerikan dan aneh ini tak pernah kualami selama hidup. Baru kali ini aku mengalaminya, saat aku benar-benar tidak percaya bahwa hantu itu benar-benar ada di dalam kehidupan ini. Saat aku sepenuhnya abai pada makhluk tiada yang sebenarnya ada di antara para manusia.
“Wati …, bergabunglah bersama kami ….”
“Sudah menjadi perjanjian.”
“Akan tiba waktunya hari yang telah dijanjikan.”