TUTWURIMAN

Akhmad Rifaldi
Chapter #7

Tukang Cukur Dadakan #7

Tahun 1990 - Kotabaru

Besok adalah EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) murid SMP seluruh Indonesia. Hari ini kami berkumpul di rumahku. Seharusnya kami belajar untuk mempersiapkan peperangan besok. Tetapi malah kumpul di rumahku, ada Enjoy, Mani, Isur dan aku sendiri tentunya sebagai tuan rumah.

Untuk menghadapi EBTANAS ini, biasanya semua harus siap segalanya seperti hafalan, peralatan belajar, baju seragam dan rapi rambut. Karena yang mengawasi adalah guru-guru dari SMP lain yang ada di Kotabaru, sangat ketat dan waktunya sangat terbatas, kadang-kadang pengawasnya lebih kejam dari guru kita sendiri.

Mani minta tolong dicukurkan rambutnya, sudah tidak cukup waktu untuk pergi ke tukang cukur dipasar. Dengan kondisi emergency, inilah pertama kali dalam hidupku menjadi tukang cukur rambut, dari situlah awalnya diriku menjadi tukang cukur terkenal di seputar RT, teman-teman pada ikut-ikutan memotong rambut kepadaku, apalagi gratis, dengan niat saling tolong menolong.

Temanku Mani adalah pendongeng, koleksi ceritanya banyak dan didominasi cerita Palui, cerita rakyat banjar yang sangat lucu dan intrik. Dia suka membaca buku cerita, koran daerah ataupun kliping-kliping komika terkenal pada saat itu. Andai saat itu sudah ada standup komedi, tentu Mani sudah masuk acara TV.

Saat sedang mencukur rambut, mulailah Mani bercerita dan mendongeng sekalian untuk menghibur tukang cukur.

***

Pelan tapi pasti, mani mulai bercerita, begini ceritanya:

Pada suatu hari, Irus bercakap-cakap dengan Ibunya di dapur sambil memasak sayur :

Tanya Irus   : "Maa, Ayah ke mana?"

Kata Mama  : "nah tidak tahu, tadi Ayah bilang mau pergi ke warung, tapi sampai saat ini masih belum pulang."

Dengan mengekspresikan wajah sedih Mani melanjutkan ceritanya di mana wajah Irus berubah jadi sedih, berusaha untuk menahan tangis. Kesedihan yang luar biasa.

Irus               : "Mama, mohon maaf, sepertinya Irus sedang hamil."

Mama           : "Kau jangan macam-macam, Irus."

Irus               : "Betul Ma, coba perhatikan baju Irus, sudah sempit, perut Irus semakin membesar."

Mama           : "Itu kebanyakan makan, sudah kenyang dipaksa, atau terlalu banyak ngemil."

Irus               : "Tidak Ma, Irus betul-betul hamil, tadi pagi Irus muntah-muntah di kamar mandi."

Mama           : "Itu masuk angin, jadi perut kembung. Makan sana, tadi mama masak opor ayam."

Irus               : "Tidak mungkin, akhir-akhir ini Irus mau makan yang rasanya asem-asem."

Mani bercerita dengan penuh semangat dan penuh berintonasi, semua mata memasang telinga, dan menunggu reaksi Mama Irus yang sudah mulai goyah kepercayaannya.

Mama           : "Dasar gila kau RUSdi, engkau itu banci, waria bisa hamil juga kah?"

***

Enjoy, Isur dan aku tertawa dengan gelak, Mani yang punya cerita juga ikutan tertawa terbahak-bahak. Kuhentikan sebentar untuk memotong rambut Mani, memberi waktu untuk tertawa, menarik nafas, baru lanjut lagi cukurnya.

"jadi si Irus itu laki-laki ya?" Kata Enjoy.

"Kalau kelakuan sudah jadi banci, Rusdi jadi Irus, Nurdin jadi Inur, Sitiadi jadi Siti atau Mardiono jadi Imar." Kataku menimpali.

"Barang siapa bersungguh-sungguh menjadi banci kaleng, maka tidak hamillah dia". Kata Isur berfalsafah, mengomentari cerita lucu oleh Mani.

"Nama nya Nurdin, dipanggil Inur, cocok saja nama panggilannya. Kalau nama panggilannya Isur, bagaimana?" Ujar Mani. Isur langsung memasang wajah mengambek, tapi hanya bercanda.

Kemudian, kulanjutkan menggunting rambut, Mani terdiam sambil memikirkan cerita berikutnya, walaupun beberapa cerita sudah pernah dia ceritakan, dengan intonasi versinya dia. 

***

Dia mulai menarik nafas panjang dan ...

Lihat selengkapnya