TUTWURIMAN

Akhmad Rifaldi
Chapter #19

Aksi Tutwuriman #19

Hari ini hari Rabu badanku terasa letih, kepala bagian belakangku masih agak terasa nyeri. Padahal baru saja kumandi dengan air hangat dan air sejuk. Jam sudah menunjukkan pukul 0900, kuhidupkan TV untuk memantau situasi Jakarta, beberapa channel TV menyiarkan kondisi demo secara langsung. Hebat sekali zaman sekarang ini, semua kejadian dapat dipantau dengan cepat dan actual. Ada satu berita yang menarik perhatianku dari salah satu TV Swasta.

"Pemirsa, sekarang kita menuju Satuan Brimob di Jalan Kwitang, menurut kabar bahwa pasukan Brimob telah menangkap 6 orang penyuplai senjata api, batu dan senjata tajam yang dimuat ke dalam 3 unit Truck yang tidak mempunyai nomor flat, semua barang bukti telah diamankan kepolisian satuan Brimob." Kata Reporter TV Swasta.

"Di tempat yang berbeda, Polsek Metro Gambir juga menangkap 4 orang penyuplai ratusan senjata api, senjata tajam dan perlengkapan perusuh demo di dalam 2 buah truck, semua barang bukti sedang diamankan dan sekarang ini sedang dilakukan pendalaman." Reporter itu melanjutkan.

"Atas ijin dari komandan Satuan Brimob, kami dapat mewawancarai saksi mata dari salah satu Petugas Brimob yang pada saat kejadian bertugas dipos penjagaan pintu masuk. Apakah Bapak dapat menceritakan awal kejadian penangkapan pembawa 3 unit truck berisi penuh senjata api laras panjang dan pendek berserta senjata tajam?" Tanya Reporter itu kepada petugas Brimob yang kutahu Brimob ini yang kemarin bertengkar mulut dengan Pak Rusdi, sopir taksi Bluebird.

"Pada saat saya bertugas menjaga pos pintu gerbang utama Gedung Satuan Brimob Kwitang, ada 3 truck berhenti di depan pintu gerbang, awalnya saya coba usir agar tidak menghalangi jalan keluar masuk, tetapi mereka tidak memedulikannya. Kemudian datang sopir taksi berbaju seragam biru terang mengatakan bahwa dump truck itu telah menabrak taksi dia, saya mencoba menyarankan pelaporan kejadian bukan di Satuan Brimob, tetapi melaporkan ke kantor kepolisian dekat TKP. Sopir taksi itu mengotot untuk tetap meminta saya memeriksa muatan 3 buah truck itu. Saya sangat yakin sopir taksi itu sudah tahu apa isi dari muatan truck. Saya coba naik ke truck pertama, saat saya buka penutup bak belakang truck, semua penuh terisi dengan senjata api laras panjang, laras pendek beserta peti-peti amunisinya." Kata Brimob itu panjang lebar.

"Apakah menurut Bapak ini berhubungan dengan rencana demo malam ini?" Tanya reporter itu.

"Sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan dan saya yakin komandan akan melakukan jumpa pers sore ini."

"Bagaimana kejadian penangkapan di Polsek Metro Gambir? Apakah Bapak mengetahuinya?"

"Saya tidak mengetahui urutan kejadian di sana, tetapi saya yakin pasti ada hubungannya dengan kejadian di Satuan Brimob ini. Andai semua senjata itu diterima oleh penyusup demonstrasi, maka Jakarta akan terjadi bencana berdarah, perang saudara akan terjadi di Ibukota, bahkan rentetan ledakan akan terjadi di seluruh Indonesia." Kata Brimob itu berapi-api.

"Apakah menurut Bapak, Sopir taksi itu sebagai juru kunci dari penangkapan ini?"

"Iya betul, dia mengetahui kejadiannya, kami masih berusaha mencari keberadaan sopir itu,  kami sangat berterima kasih atas pelaporannya dan penghargaan yang setinggi-tingginya dari Kesatuan Kepolisian Republik Indonesia, bukan hanya membantu kepolisian tetapi juga membantu Negara Republik Indonesia." Kata Brimob itu kepada salah satu reporter TV Swasta, aku senang karena namaku dan Pak Rusdi masih tidak disebutkan.

"Pemirsa, jika Anda adalah sopir taksi yang dimaksud petugas Brimob tadi, saya mewakili seluruh masyarakat Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya." Itulah kata penutup reporter itu.

Sambil kususun pakaian yang akan kukenakan hari ini di atas tempat tidur, Baju Koko Putih, peci putih, sarung, sajadah, surban dan tasbih. Aku masih berpikir panjang untuk menggunakannya.

Akhirnya kuputuskan untuk menggunakan pakaian dan perlengkapan itu semua, tetapi dilapisi dengan Jaket andalanku. Peci dan sajadah tipis kumasukkan ke dalam tas selempang, yang akan kugunakan untuk Shalat ketika di jalan, siapa tahu hari ini adalah hari yang panjang. Yang penting yang kukenakan adalah celana panjang dan baju kaos bersih alias baru.

Kuteleponi Pak Rusdi untuk standby di depan lobi hotel, kebetulan nomor Beliau telah kusimpan kemarin. Pak Rusdi adalah teman baikku dalam menjalankan aksi rescue.

"Mau ke mana kita, Mas?" Pertanyaan ini selalu diucapkan Pak Rusdi setelah kududuk di kursi belakang Taksi Bluebird.

"Kita ke Gedung Bawaslu!" Ujarku, sambil merapikan jaket favoritku.

"Yakin Mas? Sekarang ini lagi ada demo di sana, jalan ditutup Mas."

"Tidak apa-apa, sedekat yang Pak Rusdi bisa masuki saja."

Pak Rusdi menghidupkan mesin dan bergerak menuju lokasi yang diminta.

"Dari sana, dititik sebelah mana kita stop?"

"Kalau bisa saya diturunkan dekat dengan jembatan penyeberangan." Kataku, hal ini membuat Pak Rusdi menghentikan taksinya, dia berpikir sejenak untuk menentukan jalan pintas.

"Biarkan saya berpikir untuk menentukan jalan." Ujar Pak Rusdi, dia menarik nafas panjang, menghembuskannya dengan bibir dimoncongkan, tarik nafas lagi dan dipejamkannya matanya. Aku hanya tersenyum memperhatikan kelakuannya, untung saja dia tidak komat-kamit membaca mantra, seperti seorang Dukun.

"Lagi apa Pak?" Tanyaku.

"Ayo kita bergerak, nanti kita lewat kiri menembus Kampung Bali, lalu tembus ke Kebon Kacang, lalu memutari Plaza Indonesia, tinggal lurus sedikit sudah ketemu jembatan penyeberangan yang dekat dengan TKP".

"Sip kalau begitu".

"Siap, Tutwuriman." Ujar Pak Rusdi, sambil telapak tangannya hormat.

Kami pun bergerak masuk ke sebelah kiri, sebelum jalan utama, menembus Jalan Kebon Kacang. Pak Rusdi sangat menguasai jalan-jalan kecil di Jakarta Pusat ini.

“Tadi pagi, Petugas Brimob Kwitang masuk TV.” Kataku memberi Info.

“Apakah kita disebut-sebut, Mas?” Tanya Pak Rusdi.

“Pak Rusdi lagi dicari-cari tuh.” Ujarku, Pak Rusdi terperangah.

“Waduh, bisa ditangkap dan dijadikan saksi saya.”

“Dijadikan saksi sih mungkin, tetapi mereka mengucapkan terima kasih atas jasa Pak Rusdi.” Kataku, wajahnya berubah menjadi senyuman.

“Syukurlah bukan jadi tersangka.”

Hanya dalam waktu 20 menit, kami sudah tiba di samping ‘Menara Plaza Indonesia’. Lalu memasuki jalan ‘M.H.Thamrin’, jembatan penyeberangan sudah kelihatan dari kejauhan, namun jembatan itu sangat dekat sekali dengan pusat demo, hanya beberapa meter saja jaraknya.

Lihat selengkapnya