Epiphany

Fibia Tista Avanti
Chapter #1

Bagian 1

Menatap langit-langit kamar yang tampak tidak jelas. Memandang sekeliling kamar berharap mendapatkan suatu ide yang dapat kupikirkan dalam benakku. Nihil. Aku menelengkupkan tanganku ke atas dadaku dan menarik ujung selimutku. Aku kembali menatap kosong pada langit-langit yang gelap dan kembali memori itu masuk ke dalam benakku.

"Hai," sapaku canggung begitu laki-laki berkaki jenjang itu berjalan menghampiri mobilku.

"Hai," dia tersenyum manis begitu aku membuka jendela mobilku dan mencondongkan tubuhnya mendekatiku.

"Masuk!" Aku memutuskan suasana canggung tersebut dan dia pun masuk ke kursi penumpang.

Dia meletakkan tas kecilnya ke kursi belakang seperti sudah lama dia melakukan hal tersebut. Aku hanya terdiam di kursi pengemudi sembari melihatnya yang dengan luwesnya duduk dan menjelajah mobilku.

"Aku yang setir," dia tersenyum kearahku.

"Ha?"

"Aku yang setir, masa iya kamu." Dia menggulanginya dengan lebih jelas.

"Hm," jawabku dengan muka bodohku mengiyakan dia dan kemudian kita bertukar posisi, dia di kursi pengemudi dan aku di kursi penumpang.

Langsung saja kita duduk, memasang sabuk pengaman dan dia membenarkan kursi pengemudinya karena terlalu sempit untuk dia.

"Ini bisa pakai bluetooth atau pakai kabel AUX?" Tanyanya kembali menatapku dengan sudut bibir yang tersenyum.

Sial! Batinku.

"Eh, pakai kabel." Aku mengambilkannya di dalam tempat biasanya aku menyimpan kabel tersebut. "Ini."

Dia mengambilnya dan kemudian memainkan playlist lagunya yang kebetulan jauh dengan playlist lagu yang biasa aku putar. Aku hanya diam dan berusaha menikmati lagu yang dia putar selama perjalanan. Semuanya berjalan mulus hari itu, kita bisa mengobrol mengenai banyak hal, tertawa dan bercerita mengenai beberapa hal umum. Baru kali ini aku bisa langsung terbuka dengan orang yang baru saja kutemui.

Ya. Laki-laki ini adalah orang baru dalam kehidupanku, selama 2-3 bulan lalu, kita hanya berbincang melalui media sosial dan tidak pernah sekali pun bertemu. Ini adalah kali pertama kita bertemu dan kita langsung akrab. Dia merupakan sosok yang menyenangkan, manis dan dapat memberikan kesan yang baik pada orang baru.

Beberapa hal yang langsung aku ketahui mengenai dia hari itu adalah dia suka kopi, pecinta musik terutama musik dengan genre emo, hard-rock, dan sejenisnya. Dia juga merupakan anak pecinta alam karena suka mendaki gunung dan pergi ke pantai. Aku menyukainya, sayangnya kita berbeda.

"Sekarang, kamu mau kemana?" Tanyanya ketika kita baru saja keluar dari dari studio bioskop dan masih dengan membawa setengah dari popcorn dan segelas minuman kita yang belum habis.

"Entahlah," jawabku menyeruput minuman yang aku bawa sedangkan dia masih asik menyantap beberapa butir popcorn yang tersisa.

"Mau makan?" Tanyanya membuang bungkus popcorn yang akhirnya berhasil dihabiskannya.

"Masih belum lapar, kamu mau makan?" Tanyaku balik kita mulai menuruni eskalator tanpa tujuan.

Tiba-tiba dia mengambil minumanku dan meminumnya. "Eh!" Aku terkejut karena dia meminum bekasku.

"Kenapa?" Tanyanya dengan muka tidak bersalah.

"Bekasku."

"Ya, terus?"

Aku memalingkan wajahku malu, "gak papa sih."

Dia tersenyum dan kembali meminumnya lagi. Aku hanya bisa membiarkannya dan rasa canggung itu kembali muncul.

"Oh, aku baru ingat." Ucapku begitu menatap sebuah toko sepatu.

"Apa?"

"Aku mau beli sepatu."

"Ya udah, ayo." Jawabnya santai dan langsung saja mengikuti langkahku yang tanpa berpikir langsung berjalan lurus ke dalam toko sepatu.

Lihat selengkapnya