Seminggu setelahnya, UAS si Aswa telah berakhir dan liburan semester pun tiba sehingga dia harus pulang ke kampung halamannya. Dia akan berada di kampung halamannya selama 2 bulan sebelum kembali untuk berkuliah dan selama itu pula kita akan LDR. Sedih rasanya dan ini adalah LDR pertama kita selama hubungan ini, tapi tidak apa-apa mungkin akan menyenangkan.
Selama 2 bulan, kegiatan yang biasa kita lakukan masih terus berjalan meskipun tidak seintens biasanya karena dia jelas akan lebih sering bermain dengan adik-adiknya. Dia juga selalu memberitahukan aku serta memberikan foto untuk bukti bahwa dia sedang melakukan sesuatu.
Lia.
Kamu lagi apa?
Lia, kamu sibuk?
Lia.
Lia.
Tiba-tiba banyak sekali pesan yang masuk dari dia, padahal aku baru saja pergi ke rumah nenek dan lupa bahwa aku tidak punya paketan internet.
Sorry, aku habis dari rumah nenek dan ga ada paketan.
Kamu sibukkah sekarang, mau telepon?
Lama dia tidak membalas dan baru pada malam harinya dia membalasnya.
Iya nggak papa.
Ketika dia membalas dengan balasan seperti itu berarti dia sedang marah padaku dan aku memutuskan untuk meneleponnya, namun dimatikan pada dirinya. Seketika aku merasa bersalah.
Jangan telp dulu, lagi di luar.
Iya oke, hati-hati. Jangan malam-malam kalau pulang.
Kemudian kita tidak saling memberi kabar dan aku semakin merasa bersalah. Pukul 11.00 aku menunggu dia memberikan kabar, tapi dia malah membuat sebuah status yang menunjukkan dia sedang bermain bersama teman-temannya. Aku mencoba mengomentarinya, namun sayangnya dia hanya membacanya tanpa membalas. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja.
3 missed calls.
Keesokkan harinya, aku mendapati 3 panggilan tidak terjawab darinya yang mencoba meneleponku jam 1 dini hari. Jelas saja tidak aku jawab karena aku sudah tidur lebih dulu.
Pagi sayang, maaf kemarin aku tidur duluan.
Iya nggak papa, nggak dikabarin akunya :(
Iya kemarin kamu masih asyik sama temanmu jadi ya aku biarin, lagian kemarin aku coba komentarin statusmu juga kamu cuma baca.
Dia kembali tidak menjawabnya.
Salah lagi, batinku.
Tanpa memikirkannya lebih jauh, aku bangun kemudian mandi dan sarapan. Setelah itu, aku berusaha untuk meneleponnya. Untung saja kali ini dia menjawab dan kita pun mengobrol satu sama lain sehingga masalah kesalahapahaman itu dapat terselesaikan. Kita kembali berbaikan. Begitulah permasalahan kita yang sering terjadi, antara karena memang kesalahanku atau kesalahan dia atau mungkin juga karena ketidaksengajaan.
Pada malam tahun baru, dia mengirimiku sebuah video singkat beberapa kembang api yang dia nyalakan bersama teman-temannya. Dia juga mengucapkan selamat tahun baru pada video tersebut, sedangkan aku hanya bisa memberikan voice note karena aku tidak merayakan tahun baru.
Selamat tahun baru Lia, begitu ucapnya dalam video.
Selamat tahun baru juga Aswa, balasku dalam voice note.
Malam itu, seperti biasa jam 1 dini hari kita bercengkerama melalui telepon. Kita membahas mengenai masa depan kita ingin seperti apa, bahkan kita juga sampai membuat nama anak cowok dan cewek. Padahal kita baru 1 bulan berpacaran, cukup menyedihkan jika diingat namun seperti itulah adanya.
"Besok aku pulang tanggal 6 Februari," jelasnya tiba-tiba.
"Lah, kenapa? Kamu masuknya masih pertengahan."
"Iya, ada urusan."
"Hayo urusan apa, pasti mau ketemu cewek lain ya?" Godaku sambil tertawa kecil.
"Iya, jelaslah." Dia semakin menggoda diriku.
"Ya udah, nggak usah hubungin aku lagi." Aku berpura-pura ngambek.
"Oke, bye." Ucapnya, kemudian kita sama-sama diam.
Tak selang beberapa menit, "Lia."