Hari ulang tahunku telah berlalu, hari-hari seperti biasanya pun kembali menghampiri begitu juga dengan semester baru pada perkuliahan ini. Aku dan Aswa sudah kembali sibuk dengan kegiatan perkuliahan dan berbagai macam, belum lagi acara pada kepanitiaanku juga kurang dari sebulan sehingga jam sibukku semakin menambah. Hal ini membuat Aswa yang lebih sering bermain kerumahku.
"Kapan acaramu akan mulai?" Tanya Aswa yang duduk di sofa rumahku sambil melihatku berdiri menguncir rambutku.
"Pertengahan Maret."
Aku berjalan dan duduk disampingnya.
"Acara apa aja sih itu?"
"Biasa, bazaar gitu, konser, ya kayak kampus-kampus lain kalau ngadain konser gitu."
"Oalah." Jawabnya santai.
Tiba-tiba dia mengecup bibirku dengan cepat. Aku terdiam lagi, padahal kali ini bukan yang pertama.
"Kamu nggak papa kan?" Tanya dia melihatku terpaku dan terdiam.
"Nggak papa, cuma ciuman, pacaran dan segala hal itu pertama bagiku sejauh usiaku ini." Jelasku sambil menunduk.
"Iyaa, aku paham kok." Dia memelukku dan mengelus kepalaku.
Kita pun menghabiskan waktu berpelukan dan bercerita satu sama lain. Kita dapat menghabiskan waktu seperti ini dirumahku dengan leluasa karena aku adalah anak tunggal dan aku ditinggal kedua orang tuaku bekerja, mereka biasanya akan pulang malam. Sedangkan, asisten rumah tanggaku hanya akan datang 3 kali seminggu dan hanya sekitar 1-3 jam untuk membersihkan rumahku kemudian beliau pulang.
Sempat beberapa kali, Aswa mencoba untuk menyentuh dada, pinggang dan tubuhku yang lainnya. Namun aku berhasil untuk menolaknya karena aku tidak ingin melakukannya sebelum aku menikah, itu prinsipku.
"Aku pulang dulu ya, Lia." Ucap Aswa sambil menyalakan motornya dan bersiap untuk pulang.
"Iya, sampai bertemu di konser ya."
"Siap bos! Sukses ya!" Dia menarikku dan mencium keningku.
"Pasti, hati-hati ya dijalan." Aku tersenyum.
"Oke, nanti aku kasih kabar kalau sudah sampai."
Aku mengangguk, menandakan aku paham. Dia pun pergi dengan sekejap dari hadapanku dengan motornya itu. Aku menutup pagar rumahku dan kembali ke rumah.
Seminggu itu, Aswa mencoba memahami kesibukanku dengan menelepon seperlunya dan tidak tengah malam. Dia paham bahwa aku harus mempersiapkan banyak hal untuk konser perdana dikampusku. Dia juga membantu membeli tiket konser tersebut bersama temannya. Di minggu itu pula, aku tetap tidur tengah malam dan bangun subuh-subuh sampai hari pelaksanaan acara tersebut.
"Lia, sudah kamu cek semua ya itu tenant yang keluar masuk dan loading barang?" Tanya koordinator acara kepadaku.
"Sudah kak, sudah siap semua. Ada freelance juga yang sudah aku sebar di beberapa titik untuk berjaga-jaga." Jelasku dengan yakin.
"Ya sudah, bagus."
Koordinator acara itu pun pergi dan aku kembali mengecek satu per satu tenant yang sudah datang. Aku berusaha untuk bekerja keras supaya acara ini berjalan dengan baik. Semua panitia terlihat sibuk mondar-mandir dan berkoordinasi satu sama lain sejak jam 6 pagi tadi. Tiba-tiba pukul 3 sore, mendung gelap datang dan kita para panitia mulai panik jika saja terjadi hujan.
Pukul 16.30, tiba-tiba hujan deras beserta angin pun datang dan semua tenda para tenant pada roboh bahkan banyak bungkus makanan yang beterbangan. Kita seluruh panitia mencoba membantu para tenant untuk berkemas, beberapa memegang tenda supaya tidak roboh, dan beberapa mengurusi sound system yang sudah terpasang di atas panggung. Semua panik dan semuanya kacau. Aku basah kuyup terkena derasnya hujan, aku tidak menghiraukan barang-barang yang entah dimana keberadaannya. Semua musibah ini terjadi selama 1,5 jam dan hal ini mengakibatkan konser yang mengundang beberapa artis besar ini juga mundur selama 30 menit.
Untungnya, ketika hujan mulai reda dan semuanya bisa kembali terpasang, panitia langsung memulai acaranya. Meskipun ada beberapa panitia yang sedang berdiskusi bersama beberapa tenant yang meminta ganti rugi. Di saat itu, badanku sudah sangat lemas dan tidak bertenaga, kakiku rasanya ingin segera duduk. Namun, banyak sekali yang harus diurus.
10 missed calls.