TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #13

BAB. 13 - BERSUA

“Nah, ruang TU dan ruang guru ini kamu pasti udah tahu, ‘kan, El?” Lian tertawa sambil menunjuk dua pintu cokelat tua yang salah satunya terbuka.

“Permisi, Anak-anak. Tolong jangan berdiri di depan pintu, ya.” Seorang pria berkumis tebal dan bermata tajam di balik kacamata kotak, menegur Ella dan Lian yang menghalangi langkahnya.

“Eh, iya. Maaf, Pak Hasan,” ujar Lian sambil mengangguk dan menarik Ella menyingkir. “Itu Pak Hasan, guru Matematika kelas tiga. Terkenal santai, tapi killer.” Lian menjelaskan setelah pria itu pergi.

“Santai, tapi killer?” Ella mengulang kalimat yang berkontradiksi itu.

Lian mengangguk. “Gosipnya gitu. Dia kalau ngajar santai, tapi kalau ada yang berbuat ulah atau nggak bisa jawab pertanyaannya, dihukum. Nggak ada toleransi juga buat yang nggak ngerjain PR.”

Bahu Ella bergidik membayangkan tahun depan dirinya akan menjadi murid guru tersebut.

“Tapi, sejauh ini sih, cuma disuruh berdiri satu kaki di tengah lapangan siang-siang jam 12. Bayangin aja gimana panasnya dan keliyengannya ya?”

Penjelasan Lian semakin membuat Ella berharap dirinya tidak mengalami nasib seperti itu.

“Nah, perpus di sana. Sebelah IPA-3, sama musala.” Lian menunjuk ke seberang. “Kes ana, yuk. Bukunya nggak cuma soal pelajaran. Ada novel juga.”

Ella mengangguk dan mengikuti langkah Lian menuju perpustakaan. Namun, sebuah seruan dari arah warung bakso dan tempat parkir yang menghentikan mereka.

“Ella!”

Ella semringah begitu tahu siapa yang memanggil. “Eh, Lian, itu Aulia. Sahabat yang aku ceritain tadi.”

Terlihat dua orang gadis mendekati mereka. Salah satunya yang berpotongan rambut sebatas telinga bergegas menghampiri dan langsung menggandeng tangan Ella sambil tertawa, sementara yang satu lagi tampak santai tidak terburu-buru. Dia seolah menikmati pemandangan Ella dan Aulia yang melompat-lompat saking senangnya, tanpa peduli jadi pusat perhatian untuk sesaat.

Gadis dengan mata bulat dan bulu mata lentik itu malah tertawa geli melihat Ella dan Aulia. “Ini temen yang kamu ceritain itu?” tanyanya.

Aulia mengangguk. “Iya. Kenalin dulu, Chi, dia Ella. Ella, ini Rizky.”

Ella menjabat tangan gadis yang lebih tinggi darinya itu dengan heran. Chi? Rizky?

“Sori, sori, kebiasaan. Soalnya aku panggil Rizky pakai nama Ichi dan aku dipanggil Acha. Kelihatan kekanakan, ya?” Aulia tergelak bersama Rizky, membiarkan Ella dan Lian mematung tak mengerti.

Kemudian Aulia berkata lagi, “Sori, El. Tadi aku telat datengnya. Trus ini diajak ngebakso dulu, makanya baru bisa ketemu kamu sekarang.”

Lihat selengkapnya