TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #16

BAB. 16 - SERUPA TAPI TAK SAMA

Ella masih bergeming. Terkejut karena tidak menyangka pemuda itu berada di sini. Berjongkok di hadapannya, memandangnya dengan tatapan yang pada awalnya tidak dia mengerti. Namun, ketika jari pemuda itu menyentuh rambut panjangnya yang terlepas dari gelungan, serta mulutnya berkata “cantik”, Ella pun paham. Rava, kakak kelas yang baru dikenalnya itu bukan memuji dirinya, melainkan sosok lain yang serupa dengannya. Seseorang yang selama ini selalu membayangi kehidupannya.

Kepindahannya ke sekolah baru dengan harapan lepas dan bebas dari bayang-bayang sang kakak, rupanya tidak berhasil. Ketakutan itu masih menghantuinya dan membuatnya membangun kembali tembok pembatas yang sebelumnya sempat dia hancurkan.

“Makasih. Nanti aku bilang ke kakakku,” ucap Ella dengan senyum terpaksa. Dia berdiri dan mulai mengembalikan buku ke raknya.

Rava terlihat bingung dengan perubahan sikap Ella yang mendadak itu dan ikut berdiri. “El, enggak … aku bukan ….”

Reaksi Ella sungguh tidak terduga. Setelah selesai merapikan buku, dia menghadap Rava dan tersenyum. “Yang kamu lihat tadi dan sekarang bukan aku, tapi kakakku. Ini adalah aku,” ujarnya sambil mengangkat rambutnya seperti semula. Tangannya merogoh saku dan menemukan karet untuk mengikatnya kembali.

“Tapi, El ….” Apa pun yang Rava ucapkan tidak mampu menghentikan Ella yang seolah menghakimi dirinya tanpa mendengar penjelasan.

“Yang udah pernah ketemu kakakku, pasti bilangnya gitu kok. Kalau ke aku, bakal ditambah lagi omongan lain. Coba deh itu rambut digerai, pasti lebih cantik. Jangan jutek-jutek jadi cewek, ntar nggak laku. Padahal sama-sama cantik, tapi kamu lebih judes.”

“Enggak kok!” bantah Rava.

“Nggak apa-apa, udah biasa soalnya.” Ella memaksakan diri tersenyum.

“Tapi, bukan itu—”

“Lian, aku udah selesai. Balik, yuk!” seru Ella tiba-tiba. Tanpa menghiraukan Rava, dia meninggalkan rak itu.

“Nggak jadi, El?” tanya Lian heran.

“Nggak. Aku laper. Ke kop aja,” jawab Ella.

Tanpa menoleh ke belakang lagi, Ella menyeberangi lapangan bersama Lian menuju koperasi. Entah bagaimana ekspresi Rava saat itu, dia tidak tahu. Yang dia tahu, sekarang perasaannya gelisah. Merasa bersalah karena tiba-tiba bersikap seperti itu. Bahkan ketika Rava mencegatnya sepulang sekolah, sikap ketusnya masih belum hilang. Padahal dia tahu, kakak kelasnya itu sengaja menunggunya di tempat parkir.

“El ….” Rava membuka suara. “Sori … aku nggak bermaksud begitu. Beneran deh! Aku nggak pernah kepikiran untuk bandingin kamu sama kakakmu. Ngapain coba?”

Ella tersenyum. “Nggak apa-apa. Emang begitu kok kenyataannya.”

Lihat selengkapnya