TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #17

BAB. 17 - LOVE AND HATE

Layaknya saudara pada umumnya, hubungan antara Vio dan Ella penuh warna. Meskipun terlihat sering bertengkar atau saling iri satu sama lain, ada masa-masa keduanya tampak akur. Ada hal-hal tertentu yang membuat mereka terlihat kompak dengan mengesampingkan perasaan masing-masing. Seperti dalam proses pembuatan kue kering itu.

Vio tak segan menyuruh sang adik untuk membantunya dan Ella pun tidak menolak dengan alasan berbeda. Dua-duanya mendapat keuntungan. Vio mendapat bantuan agar pekerjaannya cepat selesai, sedangkan Ella bisa mencicipi kue kering yang enak. Simbiosis mutualisme.

Perkataan Vio memang seringkali tajam dan kejam meski apa yang dia ucapkan ada benarnya. Pun dia selalu mengatakan apa yang ingin dia katakan tanpa berpikir akan menyakiti orang lain atau tidak. Sebaliknya Ella lebih banyak memendam perasaan dan bermain dengan pikirannya sendiri.

“Ella, Ella. Kemampuan dasar anak cewek itu masak. Kenapa kau malah nggak suka dan nggak bisa?” omel Vio seraya menutup dua toples kecil berisi kue kering buatannya.

“Udah, ah. Kenyang.” Ella tiba-tiba berbalik sambil menggaruk-garuk telinganya. “Duh, gatal amat sih. Kayak lagi diomongin.”

Vio hanya bisa menggelengkan kepala melihat adiknya kembali ke kamar. “Padahal aku bilang gini buat dia juga. Ini gara-gara Mama manjain dia terus,” gerutunya pelan lalu melanjutkan pekerjaannya dan membereskan dapur sendirian.

Sudah lama Vio menyadari ada perbedaan yang sangat besar di antara mereka. Sama sekali tidak ada persamaan selain rupa mereka yang mirip. Kesukaan dan hobi mereka jelas berbeda. Ella suka menghabiskan waktu dengan membaca dan berdiam diri di kamar, sementara dirinya lebih suka keluar rumah dan bermain dengan tetangga, atau berkutat di dapur.

Selera musik, bacaan maupun acara favorit yang berbeda, tak jarang membuat keduanya beradu mulut. Saat Vio ingin menikmati acara musik di hari Minggu, adiknya itu ingin menonton film kartun. Atau ketika Ella sedang menikmati musik Barat di Mtv, Vio ingin menonton acara memasak.

Isi lemari Ella penuh dengan komik dan novel. Dia juga pandai menggambar dan menulis. Vio pernah tanpa sengaja melihat cerita yang Ella tulis di bukunya. Cukup bagus untuk ukuran anak SMA, mirip dengan cerita-cerita yang dimuat di majalah remaja.

“Seharusnya anak itu kirim ceritanya ke majalah. Siapa tahu dimuat terus dapat uang,” gumamnya saat itu. Namun hanya sekadar ide terlintas tanpa berniat mengatakannya pada Ella.

Pendapat orang-orang tentang Vio dan Ella tidak salah. Vio memang terlihat lebih feminin dan menyukai segala hal tentang perempuan, seperti memasak dan menata penampilan, juga mengoleksi berbagai pernak-pernik anak perempuan yang lucu dan imut.

Itu sebabnya, Vio cukup populer di kalangan anak laki-laki dan beberapa kali pernah mendapat pernyataan cinta melalui surat ataupun secara langsung. Karena itu, saat Ardi menemui dan mengajaknya bicara secara pribadi kemarin, Vio sebenarnya tidak terlalu kaget. Hanya saja, pertanyaan pertama pemuda itu cukup lucu.

“Kamu suka sama aku?” tanya Ardi. Wajahnya cukup tegas saat mengatakannya.

Vio melongo.

“Mau pacaran sama aku?” Pemuda itu bertanya lagi.

“Tunggu dulu. Tadi kamu bilang, aku suka sama kamu?” Vio balas bertanya karena baginya pertanyaan itu aneh. Atas dasar apa pemuda itu berkata demkian?

“Memang iya, ‘kan?”

“Sebentar. Aku masih nggak ngerti. Kamu bisa bilang gitu, dari mananya? Perasaan kita aja baru pertama ketemu.”

“Kamu tadi lihatin aku terus dari mejamu. Bukannya itu tanda kamu tertarik sama aku?”

“Kapan aku—” Vio mendadak terdiam. Teringat saat dia melamun tadi arah pandangnya memang tidak menentu, bahkan cenderung kosong. Siapa yang sangka ada orang yang salah mengartikan tatapan itu?

Lihat selengkapnya