TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #25

BAB. 25 - TIDAK BIASA

“Hai, El—” Tangan Rava yang sudah terangkat untuk menyapa turun kembali. Matanya mengikuti seseorang yang baru saja lewat di depannya tanpa menoleh. Bagi Rava, itu sebuah keanehan. Apakah dirinya tiba-tiba jadi tidak terlihat? Keanehan lainnya adalah, gadis itu berjalan kaki dari gerbang.

Tumben nggak naik sepeda, pikir Rava lalu mengikuti sosok yang sudah beberapa waktu ini berbagi cerita dan kesukaan dengannya.

Ella berjalan dengan kepala menunduk. Tangannya memegang buku dan bibirnya berkecumik. Sepertinya dia sedang fokus menghafal sesuatu dari buku itu sehingga tidak menyadari keberadaan Rava di sampingnya.

Rava tidak keberatan dan masih mengikuti Ella dalam diam. Ketika dilihatnya beberapa anak melewati jalur yang sama dengan kemungkinan akan tertabrak, dia segera berpindah posisi dan menghalangi anak-anak itu. Ella yang masih khusyuk dengan bukunya itu terhindar dari tabrakan.

Kelegaan tampak di wajah Rava, tapi kemudian berubah kaget saat ada yang menepuk punggungnya.

“Lu ngapain ke sini? Kelas kita di sana!” omel Jose sambil menunjuk arah kelas mereka.

“Ssst!” Rava melotot pada Jose dan memberinya isyarat untuk diam.

“Apa? Kenapa?” Jose bingung.

Rava menunjuk Ella dengan dagunya dan memberikan kode tanpa suara dengan gerakan mata dan tangannya. Meski wajah Jose menunjukkan kebingungan, tapi dia akhirnya mengerti dan mengangguk. Dibiarkannya Rava melangkah ke arah jalan setapak menuju kelas dua mengikuti sang pujaan hati.

Baru saja Jose membalikkan badan hendak ke kelasnya sendiri, Poppy sudah berdiri di hadapannya. Wajahnya yang imut terlihat sedih, ketika berkata, “Rava lagi deketin anak baru itu, ya, Jo? Bener, ‘kan? Bener, ‘kan, Jo?”

Jose ikut sedih mendengar pertanyaan itu. Hatinya seakan diiris-iris melihat Poppy yang sudah lama disukainya itu masih mengharapkan orang lain.

“Aku udah denger kabar dari anak-anak. Gosipnya udah nyebar,” ujar Poppy masih dengan nada sedih yang sama. Bibirnya pun ikut manyun, sementara tangannya meremas-remas tali tasnya.

“Kamu kenapa masih ngarepin dia sih?” Jose jadi kesal. “Kamu tahu sendiri Rava gimana ke kamu sejak dulu. Lupain aja lah, Pop!”

“Susah, Jo! Tiap hari ketemu mana bisa lupa?” Mata Poppy berkaca-kaca. “Mereka masih deket-deket atau udah jadian sih?”

“Aku juga nggak tahu, Pop. Akhir-akhir ini dia jarang cerita sama aku.”

Poppy kemudian menatap Jose tajam. Mata bulatnya tampak basah oleh air mata yang tertahan. “Kamu tahu sesuatu, ‘kan tentang mereka?”

Jose mengembuskan napas kesal. “Kalau aku tahu, terus aku bisa apa? Aku tahu kamu sedih karena cintamu jelas-jelas bertepuk sebelah tangan. Tapi kita nggak punya hak ngelarang dia. Emangnya aku siapa? Kamu siapanya dia?”

Poppy cemberut. Tali tasnya sudah kusut dia remas dan pelintir. Setelah menatap nanar pada punggung Rava di kejauhan, dia lalu berbalik. Jose menemani gadis itu hingga akhirnya berpisah ke kelas masing-masing.

Jangan-jangan dia bener jadian sama anak itu? gumam Jose sambil bertopang dagu di mejanya. Ya, bagus sih. Jadi, Poppy nggak ngejar-ngejar dia lagi. Ini kesempatan!

Namun, membayangkan wajah Poppy yang bersedih, Jose jadi tidak tega. Perasaannya jadi serba salah.

Lihat selengkapnya