TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #29

BAB. 29 - YANG INGIN DITUNJUKKAN

Pelajaran terakhir masih tersisa satu jam lagi, tapi suasana kelas II-2 begitu hening. Ditemani detik jam dinding di atas papan tulis, mereka tampak serius dengan kertas ulangan masing-masing.

Beberapa saat kemudian terdengar langkah tergopoh-gopoh dari teras kelas. Seorang petugas Tata Usaha masuk. Ekspresi Bu Tutik, guru pelajaran saat itu mendadak berubah ketika petugas itu membisikkan sesuatu. Dia lalu mengangguk dan mengedarkan pandang ke seluruh kelas dan berhenti pada Ella.

“Ella, kamu sudah selesai, Nak?” tanyanya.

Ella yang terkejut mendengar namanya dipanggil, menjawab, “Belum, Bu. Sisa dua soal lagi.”

“Tinggalkan saja dan bereskan tasmu.” Bu Tutik berkata lagi.

Kelas yang sunyi menjadi berisik mendengarnya. Saling berbisik dan bertanya-tanya ada apa gerangan. Raut wajah Bu Tutik yang biasanya tegas pun tampak melunak siang ini.

Lian yang duduk di sebelah Ella juga bingung. “Ada apa?” tanyanya.

Ella mengangkat bahu.

“Ayo, Ella. Tinggalkan saja.” Bu Tutik kembali berseru ketika anak didiknya itu masih bergeming di kursi, terlihat bingung. “Yang lain, lanjutkan ulangannya.”

Setelah membereskan mejanya, Ella akhirnya berdiri dan maju ke depan, ke hadapan Bu Tutik.

“Ada kabar dari rumah. Papamu dibawa ke rumah sakit,” jelas Bu Tutik dengan suara rendah dan hati-hati. “Kamu segera ke sana, ya. Hati-hati.”

Berita yang cukup mengejutkan itu membuat Ella tak mampu berkata-kata selain mengangguk pelan. Seperti orang linglung dia melangkah keluar kelas didampingi petugas TU dan nyaris terjatuh di ambang pintu karena lututnya terasa lemas. Dirinya masih tidak memercayai pendengarannya.

“Mau diantar aja, Nak?” tanya petugas TU.

Ella menggeleng. “Saya bisa sendiri,” jawabnya lemah.

Dengan sisa-sisa tenaga dan akal sehat yang masih bekerja, Ella berjuang mencapai sepedanya. Entah bagaimana rupanya saat ini, tidak bisa menggambarkan seluruh perasaannya. Pun tak ada kata-kata yang mampu menjelaskannya.

Dalam pandangan Ella, semua tampak kabur dan buram. Otaknya pun kosong sehingga dia hendak mengayuh sepeda yang ternyata masih dikunci.

“Oh, masih dikunci. Hahaha.” Seperti robot Ella bicara seorang diri. Setelah itu dia mengayuh sepedanya keluar gerbang, tanpa menyadari seseorang di seberang lapangan tengah memperhatikannya dengan heran.

Lihat selengkapnya