TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #30

BAB. 30 - ALASAN

“Kita seharusnya nggak melakukan ini.” Seorang wanita berbicara pada suaminya yang sedang menyetir mobil sewaan menuju tempat yang jauh dari rumah. Balita di pangkuannya tertidur pulas setelah memakan camilan. Remah-remah biskuit terlihat di bibir anak perempuan berusia tiga tahun itu.

“Kamu sudah tahu alasannya,” jawab sang suami tanpa menoleh.

“Tapi, ini nggak masuk akal!” Wanita itu memprotes. Jiwa keibuannya memberontak. “Kita masih mampu mengurus mereka berdua! Nggak perlu sampai seperti ini!”

Si wanita menoleh ke kursi belakang. Seorang gadis kecil lain berusia empat tahun tampak menikmati perjalanan mereka tanpa mengetahui tujuan sebenarnya. Dia asyik melihat pemandangan dari balik jendela kaca mobil. Hamparan rumput hijau dan pepohonan itu menarik hatinya. Dia tertawa dan bertepuk tangan melihat burung-burung beterbangan di sawah. Celotehannya terdengar gembira.

“Nggak bisa, Ve! Kamu sudah tahu kesulitan yang kita hadapi. Paling nggak, sampai kondisi kita membaik.”

“Bukannya sama saja, kita perlu membayar ini dan itu?”

“Kamu bisa mengurus mereka berdua sambil bekerja?”

Wanita bernama Ave itu terdiam.

Hendra, sang suami kemudian menghela napas panjang. “Untuk sementara saja. Kita masih bisa mengunjunginya sesekali,” katanya pelan. “Daripada nggak terurus semuanya, lebih baik salah satunya saja.”

Hati Ave seperti tercabik-cabik. Sebagai seorang ibu, dia ingin mempertahankan kedua buah hatinya. Namun, sang ayah berpendapat lain dan bersikeras melakukannya. Keadaan mereka saat ini tidak memungkinkan untuk mengurus dua balita. Apalagi dengan keuangan yang tipis karena toko yang mereka kelola nyaris bangkrut.

“Kita bukan menyerahkannya, kita hanya menitipkannya di asrama. Segala kebutuhannya akan terpenuhi dengan baik. Termasuk sekolah dan bergaul dengan banyak orang.”

Ave tak kuasa menahan tangis. Keputusan sudah dibuat. Dia harus merelakan salah satu buah hatinya untuk diasuh orang lain yang jauh dari tempat tinggalnya. Lebih hancur lagi ketika si gadis kecil yang akan “dititipkan” berlarian ke sana ke mari di halaman asrama yang luas dan penuh mainan. Dia tertawa riang bersama teman-teman barunya tanpa prasangka apa pun.

“Lihat! Dia senang sekali,” kata Hendra dengan senyum getir di bibirnya.

“Main!” Gadis kecil di gendongan Ave berceloteh sambil menatap sang kakak yang asyik bermain. Tampaknya balita itu juga ingin bermain di sana.

Ave dan Hendra saling memandang penuh arti kemudian mengangguk.

Lihat selengkapnya