“Jalan-jalan!” Seorang gadis kecil berseru riang sambil membawa bungkus biskuit di tangannya. Kaki kecilnya berlarian di ruang tamu sambil terus mengulang kata-kata itu.
“Jangan lari-lari, Dek! Nanti jatuh!” Gadis kecil lain muncul dari ruang tengah.
“Jalan-jalan!” Si adik yang kegirangan tidak memedulikan nasihat itu. Dia masih terus berlarian dan berputar-putar di tempat hingga akhirnya jatuh terduduk.
“Tuh, ‘kan jatuh. Padahal Kakak udah bilang lho,” tegur sang kakak yang langsung berjongkok di depan adiknya.
Si kecil yang hendak menangis, tidak jadi menangis karena si kakak memeluk dan mengusap punggungnya dengan sayang. “Cup, cup, jangan nangis, ya. Habis ini kita jalan-jalan.”
Dua anak kecil itu pun bergandengan tangan menuju kendaraan roda empat yang sudah terparkir di depan rumah. Ayah mereka sudah berada di balik kemudi dan memanaskan mesin, sementara sang ibu masih berada di dalam untuk pemeriksaan terakhir sebelum pergi.
Cuaca begitu cerah dengan langit biru yang bersih tanpa awan saat kendaraan roda empat itu melaju. Dua gadis kecil tadi duduk di belakang sambil berceloteh riang tanpa memedulikan rasa gerah yang lengket karena AC mobil itu tidak bisa digunakan. Ketika kaca jendela mobil diturunkan, angin yang masuk terasa menyejukkan. Dua kakak beradik itu tertawa-tawa ketika rambut mereka jadi berantakan.
“Ma, Ella ngantuk,” kata si kakak di tengah perjalanan. Si adik pun berpindah ke depan, ke pangkuan ibunya dan tertidur pulas.
Perjalanan panjang itu berakhir sekitar dua jam kemudian. Si adik yang sudah terbangun masih berada dalam gendongan, sementara sang kakak bergandengan tangan dengan ayahnya menyusuri koridor dengan beberapa pintu di kiri mereka.
Di sebelah kanan, terdapat halaman rumput yang sangat luas dengan pohon dan bunga-bunga yang indah. Di tengah halaman, terlihat taman bermain yang lengkap mulai dari ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan banyak lagi. Beberapa anak kecil menunggu giliran dengan tertib saat ingin menaiki salah satu permainan itu. Sementara yang lain bermain dan berlari sambil tertawa di halaman. Anak-anak yang lebih besar terlihat mengawasi dan membantu saat diperlukan.
Mata gadis kecil dalam gendongan tampak berbinar-binar. Dia ingin sekali ikut bermain bersama mereka. Apalagi dia juga melihat kakaknya sudah bergabung dalam kerumunan anak-anak itu. Tubuh mungilnya memberontak hendak turun dari gendongan, tapi tidak berhasil.