TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #35

BAB. 35 - MAJU SELANGKAH

“Ella, bisa nggak, kamu nggak ganggu aku terus dengan cerita-cerita tentang kakakmu? Aku bosan. Aku muak. Keluhanmu selalu sama sejak dulu. Kenapa kamu nggak mau berubah, El? Kenapa kamu selalu mempermasalahkan sikap kakakmu? Kalau kamu nggak suka, bilang aja langsung. Kalau kamu nggak terima, lawan! Bantah semua omongannya! Kamu punya mulut, ‘kan?”

“Aku juga udah bilang berkali-kali, pentingkah pengakuan cantik itu? Kalau kamu merasa kakakmu memang lebih cantik dan banyak yang menyukainya, akui aja. Terima kenyataan itu. Kalau kamu merasa lebih cantik, harusnya itu udah cukup, ‘kan? Kenapa masih memikirkan apa kata orang? Kalau kamu nggak bisa sayang sama dirimu sendiri, gimana orang lain bisa sayang sama kamu, El?”

“Apa kamu nggak kasihan sama dirimu sendiri? Dia udah berjuang dan bertahan selama ini, tapi masih saja kamu kotori hati dan pikiranmu dengan hal-hal buruk. Kalau begini, bukan orang lain penyebabnya. Tapi kamu sendiri!”

“Udah, El! Jangan cari aku lagi kalau pemasalahanmu masih sama! Kamu harus berubah, El! Mau sampai kapan kamu begini?”

Setelah kalimat-kalimat bernada kesal dan marah itu terlontar, Aulia kembali ke kelasnya. Diantara semua perkataannya yang kejam, mungkin yang paling menusuk dan menyakitkan adalah “Dia bukan sahabatku. Cuma temen biasa kok”.

Aulia tahu, sosok di depan jendela kelasnya itu mendengar dengan jelas ucapannya. Entah bagaimana ekspresinya saat itu dan bagaimana keadaannya sekarang, dia tidak tahu. Sudah beberapa hari sejak pertemuan mereka, gadis itu tidak pernah lagi mendatanginya.

“Baguslah. Biar dia mikir dan merenung dulu.” Aulia berkata pada dirinya sendiri. Jujur saja, sebagai orang yang sudah lama mengenal Ella, dia menginginkan perubahan.

Setiap manusia harusnya akan berubah, ‘kan? Seperti dirinya yang dulu bersikap lunak dan dengan sabar mendengar keluhan yang sama, kini berubah menjadi tegas dan tak mau lagi mendengarnya.

Bukan apa-apa. Bukankah dalam hidup kita harus maju selangkah demi selangkah? Mau sampai kapan terjebak di masa lalu? Dalam resah gelisah yang sama tanpa akhir? Anak itu selalu penuh dengan pikirannya sendiri yang nggak berguna.

Aulia terus mengeraskan hati sampai pada siang hari setelah bel berbunyi, tiada angin tiada hujan, Lian, anak kelas sebelah, muncul di depan kelasnya, seolah sedang menunggunya. Raut wajahnya tampak cemas dan tidak seperti biasanya. Dia menunggu sampai semua anak keluar dari kelas.

Aulia yang sejak tadi turut memperhatikan keluarnya anak-anak kelas II-2, tidak melihat sosok Ella. Awalnya dia berniat menanyakannya pada Lian, tapi urung. Lagipula, gadis calon model itu berbicara lebih dulu.

“Aulia … anu … apa kamu udah tahu, papanya Ella … nggak ada?” Lian bicara dengan gugup.

Seperti disambar geledek di siang bolong, Aulia tertegun. “Kapan?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Kemarin. Ella pulang lebih awal karena papanya di rumah sakit, tapi kayaknya nggak tertolong. Hari ini dia juga nggak masuk,” jelas Lian.

Bibir Aulia terkunci rapat.

Lihat selengkapnya