TWIN BUT NOT TWINS

Lirin Kartini
Chapter #36

BAB. 36 - MENGAPA HARUS AKU?

Kehilangan satu sosok yang berarti dalam hidup memang sangat menyedihkan. Namun, yang ditinggalkan harus tetap menjalani hidup dengan baik. Seperti Ella yang berusaha melanjutkan kehidupan remajanya dengan lebih baik dari sebelumnya.

Ella mencoba tak lagi menghiraukan pandangan orang-orang tentang dirinya. Berusaha tidak terlalu mempermasalahkan ucapan atau tindakan Vio yang masih sering menyakitinya. Dia juga tidak ingin membebani Mama yang sekarang harus menjadi tulang punggung keluarga, hanya karena pertengkaran sepele dengan kakaknya.

“Kenapa senyum-senyum sendiri?”

Pertanyaan Rava itu menyadarkan Ella yang asyik melamun sendiri. Tangannya memegang komik di pangkuannya, dan matanya memang terarah pada halaman hitam putih itu. Namun, pikirannya berkelana jauh.

“Eh, nggak apa-apa,” jawab Ella sambil menatap kembali komiknya.

“Tapi, aku seneng sih, kamu lebih banyak tersenyum sekarang.”

Ella tersipu mendengarnya. Menuruti nasihat Aulia, dia memang harus melangkah maju. Meskipun sulit, dia harus melakukannya. Sama seperti Rava yang terus melangkah hingga tiba di titik ini.

Ya, Rava sudah menceritakan tentang kehidupan keluarganya pada Ella. Tentang kecelakaan kerja yang menimpa ayahnya, tentang kepergian ibunya yang tiba-tiba, juga tentang pengalaman hidup yang membentuknya.

Entah mengapa, dengan saling menceritakan kehidupan yang mereka alami, membuat Ella merasa lebih dekat dengan Rava. Seolah ada yang memahami dirinya dan membuat dirinya berarti. Dengan perasaan itu, Ella merasa semuanya akan baik-baik saja sekarang.

Sayangnya, apa yang Ella hadapi kemudian tidak semulus harapan dan rencananya. Saat tiba di depan rumah bersama Rava yang mengantarnya, terlihat kerumunan di sana. Pintu rumah terbuka, tapi toko di sampingnya tampak tertutup sebagian.

Orang-orang mulai berbisik saat Ella hendak masuk. Tatapan mereka menyiratkan rasa iba dan prihatin yang tidak dia mengerti.

Mencoba mengabaikan pikiran buruk yang mendadak muncul, Ella menghambur masuk rumah ketika terdengar keributan dan teriakan dari dalam. Suara itu berasal dari dapur dan Ella bergegas ke sana. Pemandangan tak terduga menyambut kedatangannya.

Mama sedang menahan tangan Vio yang memegang pisau dapur. Wajah keduanya memerah dan penuh air mata. Pak Nan juga berada di sana, tampak berusaha melerai, tapi gagal.

“A-apa yang terjadi …?” tanya Ella dengan gemetar.

Pak Nan menggeleng lemah. “Tadi waktu lewat depan rumah udah denger ribut-ribut begini.”

Lihat selengkapnya