Kemudian bagaimana aku bisa berada di tempat ini.
Itu terjadi tiga tahun lalu, dimana aku berada dalam keadaan genting atas status siapa diriku. Saat itu kondisiku yang selalu berada di kehidupan bawah tanah. Menjadi bahan curiga masyarakat sekitar rumahku. Tentu saja aku yang selalu misterius jika ditanya apa pekerjaanku.
Jika aku jawab yang sebenarnya, aku berpotensi dilaporkan polisi. Sebenarnya menjadi target polisi sudah biasa bagiku. Hidup di bawah tanah tentu beresiko akan pemburuan, dan tidak jarang para petarung tertangkap –biasanya yang tidak memiliki jaringan tau kelompok
Yang jadi masalah adalah pandangan masyarakat kepadaku, jika aku tertangkap, dan dijebloskan.
Menjadi seorang napi yang hidup di masyarakat sangatlah sulit. berbagai macam cemooh dan penghinaan akan saling berdatangan. lalu otomatis tidak akan diterima olah masyarakat.
Maka dari itu aku memutuskan untuk memiliki identitas ganda. Menjadi seorang pengajar cocok denganku yang memang memiliki sertifikat di bidang pengajaran.
Masa-masa kuliah aku biayai dengan hasil memukul lawan, dengan Prize yang tidak sedikit, membuat aku terus melakukannya. Karena itulah mengapa aku tetap berada dikehidupan bawah tanah.
*
Hingga aku bertemu dengan seorang yang membuatku tergoyahkan, dia yang ternyata memiliki identitas ganda sepertiku.
*
Pagi hari
Ponsel yang berada di meja berdering. Dan aku sedang berjalan keluar kamar mandi. Jadwal mengajar aku hari ini pukul Sembilan pagi. dan itu masih setengah jam lagi. terlihat nama orang yang memanggil “Rudy.”
“Hei kawan, kau ada dimana.” dia langsung bicara saat aku angkat panggilannya.
“Rumah, beberapa menit lagi aku harus ke kampus.” aku sedang memakai kemeja.
“Aku mendapat daftar masalah baru.” dia biasa menyebutnya begitu. “gara-gara ini liburanku terpotong…” diam sebentar “Lagi.” terdengar nada kesal. dia mendapatkan cuti liburan setelah melaksanakan tugas, Misi.
Diam sebentar, aku menaruh ponsel. Memakai celana. lalu berjalan menuju lemari mencari kaos kaki. dan segera memasang.
“Hallo… Dim Kau disana?.” Rudy menunggu. ini yang kesekian kalinya dia melakukan panggilan denganku. meski akhir-akhir ini jarang. menikmati liburanya dan lupa denagn kawanya.
Aku sudah memakai kaos kaki,”lain kali saja Rud, aku harus berangkat.” Sepatu sudah terpasang.