Tahun-tahun awal Niki di Jerman terasa seperti menapaki dunia baru yang asing. Namun setelah melewati beberapa tahun sendirian, Jerman selalu membuatnya terpikat. Ia tinggal di sebuah kota mahasiswa yang ramai Leipzig, kota yang tidak terlalu besar namun penuh kehidupan. Gedung-gedung tuanya berdiri anggun, sementara jalanannya selalu dipenuhi mahasiswa yang bersepeda dengan ransel di punggung. Di musim gugur, dedaunan kuning-oranye beterbangan di sepanjang Karl-Liebknecht-Straße, jalan yang dipenuhi kafe kecil, toko buku bekas, dan aroma roti yang baru dipanggang.
Niki menempati sebuah apartemen sendirian, selama bertahun - tahun dia benar benar menjadi gadis mandiri. Niki yang dulu angkuh kini berubah setelah banyaknya pengalaman yang ia terima.
Di atap gedung itu apartemennya, ada balkon kecil yang menghadap ke pepohonan. Saat malam tiba, Niki sering duduk di sana sambil mengerjakan tugas kuliah. Dia juga suka melihat, mahasiswa-mahasiswa berjalan sambil tertawa di bawah sana.
Hidup di Jerman tidak selalu mudah kadang ia menangis diam-diam karena rindu rumah, kadang ia bingung dengan sistem administratif yang rumit, dan kadang ia merasa benar-benar sendirian di tengah kota asing. Orang tua Niki terkadang datang berkunjung ke Jerman, rindunya akan terobati, namun masih ada satu orang yang masih ia nantikan, seseorang yang dulu pernah berjanji akan datang menemuinya, namun sampai saat ini dia tidak datang menemui Niki. Malvin ... pria yang dulu tidak pernah ingkar janji padanya.
Besok, Niki akan meninggalkan Jerman. Urusannya suda selesai disana.
"Nikii!!! Kenapa nggak balik ke Indonesia sih? Segitu traumanya yah lo di bohongin sama Malvin?" Terdengar suara melengking Becky dari sebrang sana. "Sudah 6 tahun Niki lo gak balik. Lo mau ngejar apalagi? Kan udah dapat gelar Master."
"Lo belum tau kabar Malvin?" Lagi dan lagi itu yang di tanyakan oleh Niki, membuat Becky muak. Bukan karena muak dengan pertanyaan itu, tetapi karena dia muak dengan Malvin. Tidak ada yang tau kabar Malvin sejak Malvin lulus SMA. Orang tuanya juga menghilang, dan rumah yang dulu mereka tempati di jual. Orang tua Niki pun tidak ada yang tau kemana mereka pergi.
"Ini terakhir kalinya gue jawab pertanyaan lo tentang Malvin. Update kemarin pkl. 14.00 Wib, gue ketemuan sama Clairine dan Mathew, mereka juga tidak mendapatkan kabar apapun tentang Malvin."
Niki marah karena Malvin tidak menepati janjinya, tetapi dengan dia menghilang seperti ini membuatnya terus kepikiran. Apalagi Om Yoseph, Tante Paula, Steven ikut menghilang, tidak ada yang tau keberadaan mereka. Kemana kamu pergi Malvin?
"Sudahlah, sebaiknya lo pulang. Tengokin kita-kita yang disini."