Paginya, Kyra datang kerumah dengan niat untuk mengerjakan tugas bersama denganku. Mumpung saat itu kami tidak ada jam kuliah pagi. Entahkenapa aku tiba-tiba mengingat Danil. Kemudian aku menghubunginya untuk sekedar basa-basi. Aku mengubunginya beberapakali tapi dia tidak juga menjawab telpon dariku. Kemudian aku bertanya kepada Kyra apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Danil? Tetapi dia menjawab tidak terjadi apa-apa. Walaupun mendengar jawaban dari Kyra tetapi entah kenapa merasa aneh, akupun mencoba menghubungi Adhit untuk bertanya tentang Danil, mungkin saja dia tau.
“Hallo dhit” ucapku. “Iya Ray, kok tumben telpon? Ada apa?” Tanya Adhit. “Gini, kamu tau gk Danil sekarang dimana? Soalnya dari tadi aku hubungi gk diangkat-angkat” tanyaku. “Kamu belum tau ya Ray?” ucap Adhit kaget. “Tau apa?” tanyaku begitu penasaran. “Ituloh, pagi ini Danil pergi ke London. Kira-kitasih 30 menitan lagi” jawab Adhit.
Karena kaget dengan kata-kata Adhit aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Perasaan campu aduk yang tidak tau apa itu kembali lagi seperti dulu. Tanpa pikir panjang aku mengambil kunci mobil Kyra dan bergegas pergi begitu saja. Aku begitu panik sampai-sampai tak sadar aku menabrak sebuah pohon.
“Ah, kenapa harus disaat kayak gini sih” ucapku begitu kesal
Sesaat kemudian ada mobil yang berhenti. Tidak disangka itu ternya Fandy!. Sebelum Fandy sempat mengelurkan kata-katanya, tanpa pikir panjang aku menariknya untuk masuk kedalam mobil. Karena begitu ingin secepatnya sampai di Bandara aku yang menyetir mobil Fandy dengan sangat cepat.
“Ray, kamu kenapa? Sekarang kita mau kemana?” tanya Fandy bingung
“Entar juga kamu bakal tau” jawabku
Saat sampai di Bandara aku berlari masuk kedalam. Seketika Fandy menarik tanganku secara tiba-tiba.
“Kamu ngapain kesini?” Tanya Fandy. “Entar aja, sekarang aku gk ada waktu buat jelasin” jawabku. “Jelasin dulu baru pergi” ucap Fandy dengan nada keras sambil menarik tanganku. “aku mau kejar Danil” bentakku kepada Fandy dengan membuang tangannya dari tanganku. “Biarin aja dia pergi, buat apa kamu kejar” ucap Fandy. “aku gk butuh nasehat dari kamu” ucapku dan pergi meninggalkan Fandy.
Aku berlari secepat yang aku bisa. Kemudian aku melihat Danil dan berhenti
“Danil” aku meneriakkan nama itu dengan begitu keras. Aku kembali berlari untuk menemuinya, dan dia juga berlari kearahku
“Danil, kenapa kamu gk bilang kalau kamu mau pergi? Kenapa kamu gk cerita sama aku? Kenapa?” ucapku. “Ray, maafin aku. Aku gk bermaksud buat nyakitin kamu. aku Cuma gk mau kamu sakit Ray” ucap Danil. “Tapi sekarang aku sakit Danil, hati aku sakit. Kenapa kamu gk bilang ke aku. Jadi maaf kamu yang kemarin itu untuk ini. Kamu mau pergi ninggalin aku. Aku salah apa kekamu sampe kamu giniin aku? Apa salah aku?” ucapku. “Ray, ini bukan seperti yang kamu pikir” jawab Danil.
“Danil, kamu ngapain? Ayo kita pergi. Pak satpam tolong” ucap mamah Fandy.
Satpam itu kemudian membawa Fandy pergi.
“Maafin aku Ray” ucap Fandy dengan berulang-ulanh. “Danil” teriakku.
“Danil, aku begitu bahagia saat kamu masuk kekehidupan aku. Menutup bekas luka di hati aku. Aku bahagia karena kamu mengembalikan kebahagiaan yang sempat hilang dalam diri aku. Saat itu aku merasa kalau mungkin aku gk akan pernah bisa bahagia lagi. Tapi kamu runtuhin semua keyakinan aku. Kamu membuat aku kembali merasakan kebahagiaan yang bahkan gk pernah aku bayangin sebelumnya. Kamu membuat aku kembali hidup. Aku begitu percaya sama aku. Tapi Kenapa sekarang kamu malah pergi disaat aku benar-benar yakin bahwa aku cinta sama kamu. kenapa kamu pergi disaat aku merasa kalau aku juga pantas untuk bahagia. Untuk yang kedua kalinya aku merasakan rasa sakit yang begitu dalam. Goresan yang sudah tertutup rapat kini terbuka kembali. Aku merasakan rasa sakit untuk yang keduakalinya. Tuhan, apakah aku tidak pantas untuk bahagia?.Danil..........”