Ujian akhirpun tiba. Aku dan Arda cepat-cepat masuk ruang ujian agar tidak terlambat. Aku berbeda ruangan dengan Arda, karena sudah jelas huruf nama kami yang jaraknya sangat jauh. Ujian berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Saat keluar ruang ujian Arda menghampiriku dengan lari tergesa-gesa.
“Ar, kenapa lari-lari gitu sih” tanya ke kepada Arda
“Ray, aku takut banget” Arda sangat gelisah. Saking gelisahnya dia sampai gelalapan gk jelas.
“Ar kenapa?” karena Arda gelisah gk jelas aku juga jadi panik melihat Arda seperti itu.
“Aku gelisah karena ulangan tadi” ucap Arda
“Ya ampun Ar, aku pikir kenapa. Udahlah santai aja. Gk usah panik gitu lagi” Aku menghela nafas. Aku pikir ada sesuatu yang benar-benar darurat sampai Arda sepanik itu.
“Kamumah enak Ray. Kamu kan pintar, lah aku otak pas-pasan gini mana bisa tenang” ucap Arda
Saat pulang seperti biasa Fandy menunggu kami di gerbang sekolah. Setiap kali Arda pulang sama Fandy aku selalu ikut. Aku sebenarnya gk enak ikut mereka, tetapi Arda selalu memaksaku. Dan terlebih lagi, Fandy juga ikut memaksa.
“Tadi gimana ujiannya, Lancar?” Tanya Fandy
“Kalau kamu tanya aku sih lumayan lancar, Tapi kalau kamu tanya Rayna, pasti jawabannya lancar banget” Jawab Arda ketus. Mungkin dia masih kesal karena ujian tadi.
“Kok bisa gitu? Emangnya soalnya sesuah apa?”
“Soalnya itu kayak lagi mempertanyakan tujuan hidup, ya aku gk taulah karena tujuan hidup aku itu masih belum jelas” Arda menjawab sambil menghela nafas panjang-panjang.
Aku hanya senyum mendengar Arda bicara seperti itu. Kata-kata itu selalu dia ucapkan setelah ujian, dari sejak SMP dulu sampe sekarang.