Para putri kembali ke Istana Shinei. Mereka berempat berada di kereta yang berbeda, sehingga mereka lebih mudah mencari tahu tentang rahasia dibalik kebohongan pemilik toko hewan itu. Tapi masalah baru datang lagi mereka lupa untuk membeli bahan kue dan bahan pakaian yang ingin mereka beli.
“Aneh? Kenapa kalian semua terlihat sangat kelelahan? Apa jangan-jangan mereka dimasuki sihir hitam itu, ya?” Tanya Alina sembari menggendong salah satu anak serigala berwarna ungu muda yang cantik.
"Entahlah Tuan Putri, saya tidak merasa energi apa pun dari mereka." ucap Shina pengasuhnya yang duduk disebelahnya.
“Bagaimana jika kita periksa mereka? Oh ya, aku lupa mereka di kereta yang berbeda denganku.” ucap Alina kesal.
Alina baru menyadari kalau dia berada di kereta yang berbeda dengan ketiga temannya. Kereta yang kembali dari pasar Desa Slomi ada 8 kereta.
***
Lin berada di kereta pertama. Dia menyempatkan diri untuk membaca buku tentang ras lain. Lin lebih dewasa dari Lisia, Lasia, dan Alina. Dia orang yang pintar dalam mengambil tindakan, rencana, dan keputusan.
“Sebaiknya kami lebih berhati-hati dalam bertindak. Sepertinya mereka sudah menyadarinya. Kami harus membuat rencana lagi.” Ucap Lin dengan suara kecil yang masih membaca buku.
“Apa yang anda katakan Tuan Putri?” Tanya Peina seorang pengasuh yang duduk di depan Lin.
“Bukan apa-apa bibi.” Jawab Lin tenang.
“Tuan Putri saya punya rahasia kecil dan saya ingin anda membantu saya.” Ucapan Piena membuat Lin berhenti membaca buku.
“Apa rahasianya? Katakanlah sekarang. Aku ingin tahu.” Ucap Lin tidak sabar. Dia suka sekali mendengar rahasia orang lain, tapi tetap menjaga rahasia itu.
“Tidak sekarang Tuan Putri. Nanti diIstana saja. Saya ingin menceritakannya kepada Putri Lin dan ketiga Putri lainnya.” Ucapan Piena membuat Lin kesal.
“Kebiasaanmu itu harus diubah.” Ucap Lin kesal.
“Maaf Tuan Putri. Aku tidak bermaksud mengatakannya nanti di Istana. Tapi karena disini ada beberapa hewan yang dijadikan sebagai mata-mata. Itu yang saya takutkan, jika saya memberitahu Anda sekarang, bisa-bisa kita diserang. Tapi berkat sihir anda kita selamat.” Jelas Piena.
“Begitu rupanya. Baiklah tidak masalah.” Ucap Lin sembari kembali membaca buku.
Piena mengangguk senang akhirnya dia bisa membicarakan rahasia itu kepada orang yang lebih paham akan masalah ini.