Two Writers

Oleh: Nurul Lathiffah

Blurb

Fira yang merupakan mahasiswi psikologi semester lima menaruh perhatian besar pada sebuah nama; Afwan Huda. Tulisan berupa opini dari penulis laki-laki yang belum pernah dijumpainya secara fisik itu merebut hatinya. Bagaimana tidak? Afwan sangat produktif menulis. Selama seminggu, setidaknya 3 koran lokal memuat tulisannya. Fira semakin terpana ketika ia melakukan penelusuran google dan menemukan ada banyak artikel Afwan di media on line. Rasa kegumnya bertambah ketika ia bertemu secara tak sengaja dengan Afwan. Afwan masih sama dengannya, masih mahasiswa. Hanya saja, Afwan lebih senior sebab ia sudah menempuh pendidikan magister.

Lambat laun, Fira sadar bahwa ada perasaan lain yang tumbuh di hatinya, ketika FIra mengirimkan pesan chat melalui WA. Pun begitu, Fira sadar betul bahwa ia harus menyimpan rapat perasannya. Di sisi lain, Afwan justru mulai terbuka dan mau menceritakan perasaannya. Namun tidak lama, Afwan juga mulai terbuka, tentang kepahitan hidup dan masa lalu yang membuat hati Fira begitu pedih. Afwan mulai terbuka mengenai asal usul dirinya, cerita dan latar belakang keluarga, hingga masa lalu yang sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh Fira. Afwan telah memiliki seorang anak! Afwan pernah menikah, lantas bercerai dengan istrinya.

FIra mencoba menenangkan perasaannya. Bagaimana jika kedua orang tuanya tahu tentang kehidupan Afwan dan putra kecilnya yang kini berusia 2 tahun? apakah kedua orang tua Fira ikhlas menyerahkan putrinya dengan lelaki yang pernah mengalami perceraian dengan perempuan yang dulu adalah cinta pertama Afwan? Dengan penuh rasa takut, harap, dan juga keraguan, Fira mulai terbuka kepada kedua orang tuanya mengenai masa lalu Afwan. Baginya, pil pahit harus ditelan di awal.

Awalnya, berat bagi kedua orang tua mengizinkan putrinya menikah. Afwan dan Fira pun harus menyelesaikan masa lalu pernikahan Afwan dengan Zeti, ibunda Irham yang pernah mengisi hari-hari Afwan. Ternyata, Zeti belum menikah meski beberapa pria melamarnya. Jauh di lubuk hati Zeti, ia masih memiliki harapan untuk memperbaiki hubungan dengan Afwan. Tetapi, perempuan yang bernama Zeti itu memilih diam, setuju dengan langkah Afwan untuk menikah lagi.

Setelah mendapat restu dari kedua orang tua Fira, pernikahan pun digelar. Setelah menikah, Fira dan Afwan menjalin hari demi hari dengan perasaan bahagia, sampai ketika ada badai baru yang menerpa biduk pernikahan yang belum lama. Irham putra dari Afwan mengalami kelambatan pertumbuhan, dan Zeti bersikeras untuk merawat Irham. Fira berinisiatif mengajak Zeti dan Afwan ke rekannya yang berpraktik sebagai psikolog. Setelah melalui beragam sesi konseling dan terapi, ternyata utuhnya kebersamaan antara Afwan dan Zeti dapat menjadi jalan kesembuhan bagi Irham. Dila, sahabat dekatnya sejak kuliah S1 menduga bahwa Irham mengalami permasalahan emosional akibat perpisahan kedua orang tuanya.

Fira bimbang. Ia tahu betul tentang teori dinamika psikologi anak dengan orang tua yang berpisah. Nyatanya, sosok dirinya tak bisa menggantikan Zeti. Akankah Fira memilih mundur? Atau ia berbesar hati untuk mengajak Zeti masuk ke dalam rumah cintanya?

Lihat selengkapnya