“Ceritamu buruk, aku yakin jika aku membuat cerita seperti itu untuk tugas sastra-ku, nilaiku pasti D,” kata Tyaz datar, tetapi nadanya terdengar sarkasme.
“Aku tidak sedang mengarang cerita, Bocah.” Ketua Xexe terlihat geram, dia mengepalkan tangannya.
Anggota lainnya membicarakan sesuatu saat Tyaz sibuk berdebat dengan Ketua Xexe, mereka tampak serius. Blackie membisikkan sesuatu pada Ketua Xexe yang hanya dibalas anggukan, lantas Ketua Xexe menyungingkan senyuman.
Zam memberikan sesuatu kepada pemimpin. Tyaz tidak dapat melihat jelas benda apa itu karena dibungkus kain hitam.
Tyaz menelan ludah, gusar. Apapun yang akan mereka rencanakan, pasti akan berbahaya dan bisa saja mengancam kelangsungan hidupnya, atau lebih parahnya Tyaz bisa berakhir hari ini di hutan Hidup.
“Sekarang!” Ketua Xexe berseru sembari mengarahkan kedua tangannya yang dibentuk seperti pistol ke Tyaz.
Tyaz melotot, apa yang harus dilakukannya? Apa dia akan menembak Tyaz lagi seperti tiga tahun yang lalu?
Belum sempat Tyaz berpikir akan mengambil tindakan apa, belum sempat dia menghindar, belum sempat dia mencerna apa yang akan terjadi pada dirinya, secara serentak para pria dewasa itu mengepung Tyaz. Satu-dua berhasil mengunci pergerakan Tyaz. Mereka seperti orang terlatih, sepertinya mereka anggota dari agen rahasia atau apalah.
“Hei! Apa yang kalian lakukan!?” Tyaz berontak, berseru marah.
Tepat di saat yang sama, Ketua Xexe memukul perut Tyaz sehingga membuatnya bungkam, tidak bisa memprotes. Tyaz mengaduh kesakitan, perutnya terasa perih. Tyaz memandang wajah Ketua Xexe dengan sengit, tatapan mata tajam seakan menantang itu tetap tidak berubah.
Ketua Xexe menendang kaki Tyaz dari belakang hingga membuat Tyaz bertekuk lutut di tanah.
“Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang sama. Kau tidak bisa diremehkan. Ayo, ikat dia!” Ketua Xexe menunjuk pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Mereka menggiring Tyaz ke pohon itu dengan cara yang tidak baik. Mereka sangat kasar, ingin sekali rasanya Tyaz berteriak pada mereka bahwa dirinya bukanlah hewan, tidak perlu dirinya diseret-seret seperti itu! Dia bisa berjalan sendiri!
Tyaz menginjak kaki orang yang hendak mengikatnya—Zam dan Yail, dia mendorong orang itu keras tepat di titik kelemahan lelaki, lantas Tyaz segera berlari.
“Arrggh!” Baru beberapa langka Tyaz berlari, dia merasa ada tali yang mencekik lehernya. Tyaz menggeram.
Dia menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati Ketua Xexe yang memegang tali itu. Ketua Xexe menarik tali itu tanpa perasaan, membuat Tyaz megap-megap, kehabisan napas. Tyaz yakin, pasti Ketua Xexe pernah menjadi seorang koboi yang handal, terlihat dari caranya melempar tali dan tepat sasaran.
Tyaz terpaksa melangkah mundur, dia masih sayang dengan nyawanya, dan satu lagi, dia tidak mau mati mengenaskan dengan mata melotot, lidah terjulur keluar, dan wajah pucat. Kalau mati sekalipun dia ingin kematiannya dengan cara yang lebih berkelas, minimal menjadi penyelamatlah.