Tyaz Gamma

Varenyni
Chapter #22

Part 21 - Heart Attack

Langit malam semakin pekat, kabut tebal mengantung. Udara malam laksana jarum menusuk kulit, angin bertiup semakin kencang, menambah dramatis pertemuan Tyaz dengan Allena.

“Al-lena? Penyihir jahat i-tu?” gumam Tyaz, antara khawatir dan takut.

Allena melangkah mendekati Tyaz, mengintimidasi Tyaz dengan tatapannya. “Aku suka panggilan itu. Tapi, aku bukan penyihir jahat, aku hanya penyihir yang tidak baik.”

Mendengar suara Allena yang mengintimidasi membuat Tyaz membeku di tempat, dia mendengar banyak cerita tentang kekejaman Allena dari Blue. Melihat rambut merah Allena, Tyaz menyimpulkan bahwa Allena penyihir tingkat tiga, di mana tingkatan itu hanya didapatkan dengan mengorbankan banyak jiwa.

“Kenapa ekspresimu seperti itu, Pangeran?” tanya Allena, dia berjalan mengelilingi Tyaz.

Tyaz hanya diam walau dia bukanlah pangeran yang Allena maksud. Mata pemuda itu menatap tajam Allena saat penyihir itu melintas di depannya. Tangannya terkepal hingga terlihat buku-buku tangannya yang memutih. Tyaz menjaga dirinya agar tidak lengah, bisa saja penyihir jahat itu menyihirnya—walau dia tidak tahu caranya untuk melawan balik sihir Allena.

Allena berdiri di depan Tyaz dengan tatapan mengintimidasi yang tidak berubah.

Allena baru menyadari, sejak tadi Tyaz melemparkan pandangannya jauh ke depannya, melewati dirinya. Allena mengikuti arah tatapan Tyaz, di mana kelompok penjahat yang berdiri di belakang Allena melipat tangannya, tetap berjaga-jaga. Juga gadis betudung di sebelah kelompok penjahat, dia hanya diam sedari tadi, hanya menyimak pembicaraan, tidak terlalu tertarik.

 “Kau merindukan para Prajurit Kegelapan? Ah ... kau biasanya memanggil mereka penjahat-penjahat, kau rindu mereka?” tanya Allena. “Maafkan anak buahku karena selama ini merepotkanmu, Pangeran. Dan juga karena ..., mengambil orang yang engkau sayangi.”

“Namaku bukan Pangeran!” seru Tyaz. “Dan gadis itu tidak mati! Dia selalu bersamaku!”

Tyaz tidak bisa menahan emosinya saat Allena menyebut-nyebut kematian gadis itu. Bagi Tyaz, Tessa belum mati, mereka hanya sedang berpisah untuk pertemuan yang lebih indah. Pemuda itu mengepalkan tangannya untuk menahan air mata yang keluar.

Gadis bertudung yang berdiri di sebelah Yail dan Zam terkejut melihat ekspresi Tyaz yang kentara sekali hatinya sangat terpukul dan kehilangan.

“Sebegitu penting kah gadis itu bagimu?” gumam gadis bertudung itu sangat pelan, hingga tidak ada siapapun yang bisa mendengarnya.

“Yah! Aku tahu kau bukan pangeran, aku tahu!” seru Allena. “Lalu, aku harus memanggilmu apa? Tyaz?”

Tyaz tidak menjawab. Terserah saja penyihir jahat itu mau memanggil dirinya dengan nama apapun, Tyaz tidak peduli, asalkan bukan ‘pangeran’. Tyaz merasa tidak pantas mendengar panggilan itu.

“Apa kautahu, siapa yang menyebabkan Negeri Kegelapan yang awalnya indah ini menjadi begitu menakutkan, hingga roh saja tidak mau menepatinya?” Penyihir itu bertanya.

“Semua orang tahu, kaulah penyebab semua kekacauan ini, Allen. Kau mengutuk negeri ini, membunuh penduduk di sini, membunuh penguasa di sini, menjadikan kota ini menjadi kota yang kelam dan menyeramkan.” Tyaz menghentikan ucapannya sebentar.

Allena menyelat. “Kenapa aku melakukan itu?”

“Karena kau menginginkan kekuatan, tapi kau tidak menginginkan kekuasaan. Kau mengutuk kota ini setelah mendapatkan apa yang kau mau, kau tidak membutuhkan kota terkutuk ini,” jawab Tyaz persis seperti yang dikatakan Blue.

Allena tertawa mendengar hal itu. “Pasti kau mendengar cerita itu dari Blue, kan? Pandai sekali dia mengarang cerita.”

Tyaz mengerutkan dahinya.

“Biar kuberitahu, di dunia itu tidak ada yang namanya kutukan, itu hanya akal-akalan Blue. Aku yakin, dia mengubah cerita itu untuk memanfaatkanmu. Jangan terlalu mempercayai orang lain.”

“Apa maksudmu? Blue tidak mungkin berbohong untuk memanfaatkanku!” Tyaz tidak terima jika Blue dikatakan begitu. “Dan seperti yang kaukatakan, aku tidak boleh mempercayai orang lain, apalagi dirimu.”

Allena berdehem. “Boleh saja kau tidak mempercayaiku, apa untungnya juga buatku. Tapi, apa kau mau mendengar kisah asli tentang Blue? Bahwa dia memanfaatkanmu?”

Tyaz hanya diam.

“Diam kuanggap sebagai jawaban iya.” Allena memperbaiki tudungnya, bergumam, “Bodoh sekali pemuda ini.”

“Blue tidak sepenuhnya bohong, memang benar aku yang membunuh penduduk di sini, membunuh penguasa di sini, aku memang menginginkan kekuatan, dan aku tidak menginginkan kekuasaan. Semua itu benar. Tapi ketahuilah, bukan aku yang menyebabkan Negeri Kegelapan menjadi kelam seperti ini. orang-orang bangsawanlah yang menyebabkan kekacauan ini.”

“Orang-orang bangsawan?” tanya Tyaz, lebih seperti gumaman.

“Ya. Sebagian besar kematian dan kerusakan negeri ini disebabkan oleh kekuatan Pangeran Hydo. Dia menghancurkan semuanya saat marah .... Aku juga tidak menyangka, ternyata penyihir kepercayaan kerajaan, Blue, juga ikut serta menjadi daftar penyebab kehancuran negeri ini.

“Setelah kematian Hydo, dia terlihat amat marah, dia berhasil mengusirku dan pasukanku, juga menyihir seluruh negeri menjadi gelap, berkabut, seperti tidak berpenghuni, lalu meninggalkannya begitu saja.”

Tyaz tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu kalau Blue melakukan semua ini, dia tidak pernah menceritakan pada Tyaz. Tyaz pikir Allena-lah penyebab semua kehancuran Negeri Kegelapan. Ternyata dia salah.

Tidak! Tidak! Apa mungkin Allena yang membohonginya agar Tyaz membenci Blue?

“Kau terkejut? Sudah kuduga.” Allena menjentikkan jarinya, bibirnya tersenyum miring. “Dia tidak akan sanggup menceritakan keburukannya.”

“Tidak apa-apa, Blue hanya membohongiku agar aku mempercayainya. Dia tidak akan memanfaatkanku. Lagi pula apa yang bisa dimanfaatkan dari diriku?” Tyaz tidak akan langsung mempercayai Allena begitu saja.

Lihat selengkapnya