Sudah sebulan Kanima tinggal di toko buku. Ia harus melakukannya, karena Kanima yang dikenal orang-orang di tempat ini adalah pemilik toko buku. Pun ia tak punya tempat lain untuk dituju. Minggu pertama ia habiskan dengan menghafal isi katalog dan letak buku-buku yang memenuhi rak dan meja. Ia mengamati pengunjung dan belajar cara melayani mereka, tidak hanya para pembeli, tapi juga mereka yang datang untuk membaca. Buku Bercerita memang bukan hanya menjual buku, tapi juga menyediakan pojok baca bagi pengunjung yang ingin tinggal lebih lama.
Mulanya Kanima merasa kelabakan, karena ia tak pernah melakukan hal-hal itu sebelumnya. Semuanya berbalik pada minggu ketiga. Ia mulai menikmati rutinitas di toko buku yang ternyata cukup menyenangkan. Orang-orang yang datang berkunjung bersikap ramah dan mudah akrab. Mereka memanggilnya Nima, berbeda dengan tempat asalnya, di mana ia dipanggil Kein. Kanima menyukai panggilan baru itu karena ia merasa terlahir kembali sebagai orang yang berbeda. Seiring waktu, rasa kehilangan yang membebani hatinya mulai pudar. Mungkin karena di tempat ini, ia lebih banyak tersenyum.
Setiap pagi Kanima mengawali harinya dengan menyapu, mengepel, merapikan buku, dan membersihkan debu yang menempel di rak dan meja. Ia tak pernah lupa menyirami sri rezeki di depan toko buku sambil menikmati keindahan daun-daun tanaman hias itu. Jenis red cochin adalah yang paling ia sukai, karena warna merah pada daun tanaman itu mengingatkannya pada warna cat kuku yang menghiasi kuku-kuku indah milik seseorang.
Hanya lantai bawah yang digunakan sebagai toko buku. Kanima tinggal di lantai atas yang terdiri dari gudang buku kecil, kamar, dapur, dan kamar mandi. Terdapat teras kecil di bagian belakang untuk menjemur pakaian atau duduk santai. Teras itu juga dihiasi tanaman sri rejeki yang tumbuh subur dalam pot-pot berwarna hitam. Ia menghabiskan waktu di sana pada hari Minggu karena toko tutup pada hari itu. Empat hari Minggu sudah ia habiskan dengan melamun hampir seharian sambil mengenang tempat asalnya. Entah mengapa, ia tak terlalu merasakan kehilangan.
Toko buka mulai siang hari, tepat pada pukul satu. Ia masih memiliki waktu untuk memasak dan berbenah di lantai atas sebelum membuka toko. Catatan-catatan di pintu kulkas sangat membantu Kanima untuk mengetahui jadwal dan kebiasaan yang biasa ia lakukan di tempat ini. Bagaimanapun, ia ingin terlihat normal dan tak menimbulkan kecurigaan.
Hal yang cukup merepotkan bagi Kanima ialah ketika harus melayani para pengunjung setia toko buku. Selain membeli buku, mereka juga kerap tinggal berlama-lama untuk membaca buku. Para pengunjung setia itu biasanya datang kala petang dan menghabiskan waktu di toko buku hingga hari gelap. Selama itu pula mereka memesan minuman atau camilan. Teh dan kopi adalah pilihan minuman yang tersedia. Untuk camilan, ia menyediakan aneka biskuit, wafer, dan cokelat.