Umbuk Umbai

Iyas Utomo
Chapter #4

Setelah Penantian Panjang

“Akhirnya, ya, meski kamu sudah 34 tahun, paling nggak kamu akhirnya bisa ngasih Banda keturunan. Nggak apa-apa tua dikit, yang penting bisa punya anak dan kasih ibu cucu.”

Kalimat menohok itu diucapkan oleh seorang perempuan berusia 61 tahun bernama Wirasti—yang tak lain adalah ibu mertuaku. Saat itu usia pernikahanku dan Banda memasuki tahun keenam, dan kami berdua adalah orang yang paling bahagia karena akhirnya kami bisa mempunyai anak, ya, saat ini kami berada di sebuah ruang bersalin dan menunggu waktu kelahiran anak pertama kami.

“Sudahlah, Bu, berilah ruang dan waktu untuk kami berdua saja. Kami juga butuh ketenangan.” Banda sedikit protes kepada ibunya. Setelah kehamilanku yang entah ke berapa ini, Banda akhirnya mempunyai sedikit keberanian untuk membelaku jika ibu dan saudara-saudaranya mulai meracau hal-hal konyol. Mendengar perkataan Banda, ibu mertuaku hanya terdiam dan menyibukkan diri dengan kipas tangannya yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi. Padahal aku cukup yakin AC di ruangan masih berfungsi dengan baik, tapi entah kenapa ia selalu saja merasa kegerahan,

Semalaman penuh kami lewati tanpa tidur. Pukul empat pagi akhirnya bayi yang sudah lama dinanti lahir, aku mendengar banyak suara tawa kebahagiaan ketika menyambutnya. Namun, hal itu tak berlangsung lama, aku tak sadarkan diri, yang kutahu hanya gelap dan suara-suara orang mulai menjauh, apakah aku tertidur karena kelelahan?

Siang hari ketika aku membuka mata, Banda berada di sampingku sambil membaca sebuah buku tebal, aku tidak terlalu ingat buku apa yang sedang ia baca saat itu. Lirih aku memanggilnya, tak lama dokter diikuti perawat datang menghampiriku, dan mereka terlihat sibuk memeriksa ini-itu yang sama sekali aku tak mengerti.

“Hai,” ucap Banda sembari memegang tanganku setelah rombongan dokter itu pergi meninggalkan ruangan untuk kami berdua.

Lihat selengkapnya