UMUR 20

Arfiah Rachman
Chapter #3

#3 Gedung tinggi

Aku sampai di rumah dengan tersenyum saat melihat adik kecilku yang masih sekolah dasar sudah pulang ke rumah, dia sedang berceloteh riang dengan Bunda sepertinya dia sedang bertanya tentang sesuatu hal pada Bunda, karena Bunda bicara iya betul, lalu adik kecilku berteriak wah.

"Kak," panggilnya saat aku sudah berdiri di dekatnya.

"Apa?" Tanyaku, lalu aku memberikan uang hasil menjual kue kepada Bunda.

"Kakak punya cita-cita nggak?" Tanyanya dengan riang.

"Tentu, kakak punya banyak cita-cita," jawabku sambil tersenyum.

"Apa cita-cita kakak?" Tanyanya lagi, wajahnya terlihat penasaran.

"Salah satunya kerja di gedung tinggi," jawabku pada anak kecil yang sedang banyak bertanya ini.

"Ih, Kakak aneh, aku cita-citanya jadi pilot, kata Bu guru bisa menerbangkan pesawat," ucapnya lalu dia pergi ke ruang televisi, menonton film kartun.

Apa si? Tingkah bocah kecil itu bisa membuatku gemas. Lalu aku melihat ke arah Bunda yang sedang mencatat di buku catatannya, itu buku khusus untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan. Aku lalu duduk di samping Bunda.

"Pengeluaran kita ternyata lebih banyak dari pemasukan kita Arinda. Bunda harus menawarkan kue-kue Bunda pada yang lain agar pemasukan keuangan kita tetap berjalan, kalau mengandalkan gaji bulanan Ayah kamu tentu tidak mungkin," ucap Bunda dan aku hanya tersenyum.

Kerutan di wajahnya sudah terlihat, pinggangnya sering sakit, tapi Bunda selalu gesit, apa yang dia kerjakan selalu di lakukan dengan penuh cinta, Bunda selalu bilang jangan kalah sama rasa lelah.

"Apa aku ngelamar kerja di konveksi di perumahan sebelah saja ya Bun?" Tanyaku pada Bunda.

"Kalau Arinda mau boleh," jawab Bunda.

"Aku tapi nggak suka Bun, kalau lewat jalan sana, Bu Endang suka pamer," ujar ku

"Eh, nggak baik ngomongin orang," ucap Bunda menggelengkan kepalanya.

"Benar Bun, kemarin waktu dia beli motor, dia keliling dengan mobil yang mengantarkan motornya, terus panggil-panggil semua orang di jalan, Arinda lihat."

"Tapi tidak baik membicarakan orang lain," ucap Bunda lalu kakinya ia selonjorkan.

Lihat selengkapnya