Dunia mereka yang terdahulu telah hancur, perang nuklir dan radiasinya membuat mereka berbondong-bondong meninggalkan tanah tempat mereka hidup sebelumnya. Hanya sedikit yang selamat dari bencana itu.
Para manusia harus menata hidup mereka lagi. Mereka mendirikan pemukiman sejauh ratusan kilometer dari tempat mereka berasal, bercampur baur. Dan di saat mereka berpikir bahwa perang telah berakhir, ternyata ada kekuatan lain yang telah mengintai mereka sejak lama. Para vampir yang dulu bersembunyi kini mulai keluar menampakkan dirinya, kebutuhan dan kehausan mereka akan darah tidak bisa lagi terpuaskan dengan sedikitnya manusia yang tersisa.
Mereka yang bertaring tajam mulai berburu secara terang-terangan. Dan lagi ada tujuan lain dari para vampir itu, yaitu membangkitkan Mythvie Anneith. Ratu yang mereka anggap akan membawa mereka pada kejayaan. Sang ratu telah tertidur selama 999 tahun, waktu yang telah dijanjikan sudah hampir tiba.
Everryn, gadis pemburu yang dulunya manusia kini berubah menjadi vampir. Lalu bagaimana ia harus menempatkan dirinya? Ikut bersama manusia, atau tinggal dengan para vampir?
Di tengah kegelisahannya itu, Everryn disajikan beberapa hal tak terduga yang membuat otaknya terus berpikir, ia merasa seperti perahu kecil yang terombang-ambil di tengah samudra luas. Belum lagi kisah cintanya yang jadi sedikit rumit antara Kiehlyn Kirnon dan Alozel Arnwill. Alozel kekasih manusianya yang sekarang tak tahu berada dimana, dan Kiehlyn seorang vampir yang memintanya untuk jangan pergi.
*****
Tentang para vampir.
Aku akan menceritakanmu tentang peghisap darah ini. Sama halnya dengan para manusia,
mereka dibagi dua kelompok besar. Bedanya kelompok pertama adalah para pemimpin vampir yang mempunyai kekuatan lebih besar, para vampir golongan pertama ini tinggal di sebuah gedung berbentuk kastel tua bernama ‘Ucivee. Dan yang kedua adalah para vampir kelas rendahan yang tidak terlalu bisa mengkondisikan diri mereka terhadap darah, para vampir yang liar dan tidak terlalu bisa berpikir. Mereka tinggal di Hamoon Blood.
Setahun lalu aku masih seorang manusia yang ikut memerangi para vampir, tapi kini aku adalah bagian dari mereka. Namaku Everryn Heylden, dulunya aku tinggal di Slashig sebagai anggota Vanator II.
Vanator adalah sebutan yang digunakan untuk para pemburu vampir. Tapi saat ini aku tinggal di Victorian Homer bersama Bellida Miria, vampir yang menyelamatkanku atau lebih tepatnya mengubahku. Satu tahun lalu aku dan kekasihku, Alozel Arnwill ditugaskan menjaga sebuah jalan bernama Ash Street. Aku dan Zel harus melaporkan segala sesuatu yang mencurigakan dari jalan itu. Ash Street merupakan jalan besar yang digunakan untuk membakar vampir yang tertangkap. Sebuah jalan terbuka yang paling rawan menjadi medan pertempuran.
Ash Street merupakan jalur penting ke beberapa tempat. Jalanan itu jauh dari Erata Nuos dan Slashig, tempat tinggal kami para manusia. Malam itu kami mendapat giliran berjaga, dan karena biasanya aman-aman saja, kami jadi lengah.
Beberapa vampir yang tiba-tiba datang menyerang membuat kami justru melawan asal-asalan, sama sekali tidak benar, sungguh kacau. Kekuatan dan keterampilan yang kami latih selama ini seakan sirna begitu saja, dan sepertinya salah seorang dari mereka adalah petinggi vampir sehingga kami begitu kesulitan untuk mengalahkannya.
Lalu, di tengah pertempuran kecil itu aku merasakan sesuatu menembus leherku, sesuatu yang dingin dan langsung menusuk dalam. Aku bisa merasakan cairan hangat mengalir keluar dan merembes ke baju yang kupakai. Aroma darah segar menguar ke udara, aku langsung beku, tak bisa menggerakkan tubuh. Dan bibir dingin itu menghisap darahku tanpa ampun.
Aku mendengar Zel berteriak,
“RYYNNNNN!!!”
Namun segera saja semuanya mati rasa dan menjadi buram bagiku, aku bisa melihat dua sosok samar vampir di depanku, dan aku melihat Zel yang masih melawan dari kejauhan, bertarung mati-matian.
Keadaan menjadi gelap, lebih gelap dari malam itu sendiri, dan aku tak merasakan apa-apa. Aku berpikir mungkin aku telah mati… dengan-sangat-menyedihkan.
*****
Entah berapa lama aku tertidur atau pingsan, rasanya sama saja bagiku. Tak ada mimpi maupun gambaran apapun, hanya ada hitam dan gelap. Aku terbangun kemudian di sebuah ruang kamar besar bergaya Victoria, cahayanya remang jingga.
Aku telentang di sebuah ranjang empuk dan seorang gadis muda berdiri di samping ranjang, memandangiku. Aku melihat sekitar sekali lagi, tak ada Zel, tak ada teman-teman anggota Vanator lain. Malam itu adalah terakhir kalinya aku bertemu dengan kekasihku, aku tak pernah mendengar kabarnya lagi, tidak di Victorian Homer, Hamoon Blood, maupun Erata Nuos.
Aku bingung dengan apa yang terjadi, kepalaku masih pusing dan kerongkonganku kering. Ingin rasanya memejamkan mataku lagi, dan terbangun di tempat yang tak asing bagiku seperti ini. Setidaknya aku bisa bangun di kamarku sendiri di Gedung Slashig.
*****