UN ALT FEL (Yang Berbeda)

G. Cha
Chapter #6

Bagian 6

Riocless memeriksa kertas itu dan meminta Maya untuk mencatatnya.

“Pesan ini dari Zolenor, dan disampaikan pada Dreath Hall.” ucap Riocless.

“...”

“Zolenor setuju untuk datang kemari dalam dua hari lagi. Dia berharap pemimpin Slashig dan Vanator bersedia menyediakan kamar untuk dia dan lima orang bawahannya.” Riocless membaca catatan itu dan Maya sibuk menulis poin-poin pentingnya.

“Ya, tentu saja... tidak mungkin kita meletakkan mereka di luar gedung.”

“Dia mengajukan beberapa syarat khusus selama melakukan transaksi di sini. Pertama, ia dan bawahannya diperbolehkan membawa senjata selama berada dalam masa transaksi. Kedua, tuan rumah bersedia menjaga dua kendaraan yang dibawa oleh Zolenor, kendaraan yang mereka gunakan untuk datang ke sini sekaligus yang akan digunakan untuk membawa barang hasil transaksi. Ketiga, kita harus menyediakan Absinthe untuk mereka.”

Maya mendongak lagi pada Riocless.

Well... yang terakhir agak...”

“Darimana mereka tahu kita masih memiliki minuman itu?” tanya Riocless.

“Kurasa dia juga punya mata-mata seperti yang Dreath miliki. Permintaan dan persyaratan satu-dua bisa diterima. Tapi meminta disediakan Absinthe? Itu terserah kau Riocless. Minuman-minuman itu milik kakekmu, mungkin itu minuman terakhir yang dia miliki.” papar Maya.

“Aku akan menanyakannya pada kakek. Kabari saja Dreath kalau kita menerima persyaratannya.”

“Baiklah.”

“Ah! Sial sekali tidak ada telepon di gedung ini.” umpat Riocless.

“Nikmati saja Riocless, kau sudah bertahun-tahun di sini, berjalan-jalan akan memperlancar peredaran darah kita. Lagipula kita cukup beruntung mendapatkan fasilitas yang memadai di Slashig.” Maya tersenyum.

“Iya, tapi tidak praktis. Aku akan ke atas, nanti saja kau kabari Dreath.”

“Kalau begitu aku bisa turun kembali ke ruang kerjaku?”

“Silakan. Jangan beritahu siapapun dulu tentang transaksi ini.”

“Kau memintaku... kau tahu aku tidak akan mengatakan pada orang lain. Lalu bagaimana dengan Dreath? Dia mungkin saja...”

“Dia tak akan memberitahu orang lain.”

Maya mengangguk, “Aku mengerti.” lalu ia keluar lebih dulu.

Maya tak berencana kembali ke ruang kerjanya, ia ingin melatih fisiknya di halaman kecil di samping gedung itu. Di paha kanannya selalu tersimpan pasak perak yang ia dapatkan pertama kali saat ia tiba di Gedung Slashig.

Ia tidak menggunakan lift, untuk pemanasan Maya menuruni anak tangga dari lantai sembilan. Awalnya ia berjalan santai, lalu mulai tangga tempat persenjataan ia berlari kecil. Di lantai satu ia bertemu Valz.

“Maya!” serunya. Valz sedang tidak berada di kamar Dreath, pasti Dreath sedang tak ingin diganggu. Pikir Maya.

“Hei...”

“Kau mau kemana?” tanya Valz yang sedang membaca majalah lama yang pasti ia pinjam dari si pengelola kantin.

“Berlatih sebentar di samping sana.”

“Bolehkan aku ikut?” pinta anak berumur limabelas tahunan itu.

“Kau mau ikut aku berlatih? Ayo, ikutlah...” Maya mempersilakan Valz untuk keluar bersamanya.

*****

Ini tengah hari, matahari bersinar dengan sangat terik. Maya dan Valz beruntung karena halaman kecil itu dikelilingi oleh pohon-pohon rindang. Ya setidaknya tidak semua tempat terpapar sinar matahari yang menyengat itu.

Maya mengambil cabang kayu cukup besar yang berserakan di tanah, ia memberikan salah satunya pada Valz. Dan mereka mulai berlatih, saling menyerang dan bertahan. Kuda-kuda Valz masih belum bagus, tapi ia cukup lincah.

“Kenapa kau tak berada di kamar Dreath seperti biasa?” tanya Maya sambil mencoba menusukkan cabang itu ke leher Valz, Valz tidak sempat menghindar. Ujung cabang itu menyentuh pelan kulit lehernya.

“Hmmh... Dreath sedang benar-benar ingin istirahat. Dia menyuruhku bermain di luar dan dia berjanji akan memberikan tato gratis untukku.”

“Hahaha...“ Maya tertawa, “Jadi itu alasan kau membaca majalah bekas itu di lantai satu?” Maya lengah. Valz mengarahkan senjata latihannya ke arah perut wanita itu.

“Kena!” Valz berteriak girang.

“Hei. Curang. Kita baru saja mengobrol...”

“Kau tadi juga melakukannya. Lagipula Riocless berkata padaku, bahwa musuh tak akan menunggu kita siap untuk bisa menyerang.”

“Wah... Sejak kapan kau jadi keren begini?” Maya mengusap rambut Valz.

Mereka melanjutkan latihan hingga duapuluh menit kemudian, sebuah latihan yang diisi dengan obrolan santai.

Lihat selengkapnya