“Ryn... sedang apa kau?”
Suara yang dingin khas itu mengagetkanku, membuatku membeku berdiri di tengah belokan tangga. Bellida? Dia sudah kembali? Kapan?
Gadis itu berjalan mendekatiku, aku bahkan tak berani menoleh padanya. Dia terus mendekat dan berhenti tepat di depanku.
“Bell? Aku... kapan kau kembali?”
“Baru saja.” jawabnya singkat.
Apakah dia marah?
“Maaf... aku...aku...” Aku tergagap ingin membela diri. Tapi tak ada alasan bagus yang keluar dari mulutku.
“Aku tahu kau penasaran sejak pertama kali kau berada di sini, sejak secara terang-terangan aku melarangmu naik ke sana.” Bell melirik lantai atas.
“Aku sungguh minta maaf Bell...”
“Sudah kukatakan kau akan mengetahuinya, tapi ini bukanlah saat yang tepat.”
“Hmmh... ya...”
Bellida mengajak kembali ke kamarku, aku merasa sangat bersalah pada gadis itu. Aku tak bisa membencinya meskipun dia vampir yang mengubahku, itu karena dia telah memperlakukanku sangat baik selama ini.
Aku mengekor di belakangnya, lalu tanpa ia sadari aku menoleh sekali lagi ke arah lorong di belakangku. Kapan suatu saat itu? Kapan saat yang tepat untuk mengetahui apa yang ada di atas sana? Rasa penasaran ini bisa membuat kepalaku meledak.
Bellida membawa kantong kertas, itu adalah kantong yang sama ketika Kiehlyn atau Bellida memberiku darah. Aku ingin menanyainya beberapa hal, tapi sepertinya ia sedang tak ingin terlalu banyak bicara padaku. Kami berdua pun masuk ke dalam kamar suramku di Victorian Homer.
“Hei Bell... dengar... aku sungguh menyesal telah ke sana...” kataku sekali lagi.
“Kau tak pandai berbohong Ryn. Kau mungkin merasa sedikit bersalah, tapi kau tidak menyesal.” Bellida tersenyum melegakanku.
“Hmmh... ya, mungkin saja. Mungkin jika kau belum datang, aku sudah tahu apa yang ada di atas sana.” celetukku.
“Kau kira kau bisa dengan mudah ke atas sana? Kau kira tak ada hal lain yang akan menghalangimu ke sana selain aku?” Bellida duduk di ranjangku, dan meletakkan kantong kertas di sampingnya.
“Terlalu hening jika kau menyebutkan ada banyak penjaga di sana.” Aku duduk di sebelah Bellida Miria.
“Tentu saja.”
“Memangnya apa yang menjaga di atas sana?” Aku semakin penasaran.
“Aku memelihara...” Bellida sengaja menghentikan kalimatnya dengan senyum yang meledekku.
“Baiklah tak usah kau katakan, aku tak penasaran.” Aku menantangnya.
“... Vogills...”
“Vo... Vog apa?” Aku mencoba mengulang dan bertanya.
“Vogills. Arwah vampir kuno yang mampu membuatmu kesakitan dalam sekarat hingga membunuhmu.” jelas Bellida padaku.
“Kau memelihara Vogills? Arwah vampir? Aku... tidak paham. Bagaimana bisa kau memelihara arwah vampir?”
“Dengan ritual dan uang tentu saja. Asal kau tahu saja, harga terendah satu Vogills bisa untuk membeli separuh rumah ini, tergantung seberapa kuat dan tuanya dia. Dan yang membuatku senang adalah mereka benar-benar tenang, kuat, tak bersuara, dan setia.”
“Wow... sepertinya itu sangat menakjubkan! Aku ingin melihatnya.”