“Nona Bellida. Bawakan kontrakmu kemari.” pinta Tn. Morty.
“Aku sudah menyiapkannya.” Bellida menyerahkan gulungan kertas hitam yang berada di pangkuannya.
Tn. Morty membuka lembaran kertas itu, lalu menekankan sepuluh jari di atasnya, tulisan emas kembali muncul seperti sebelum Kiehlyn menandatangani kertasnya. Tn. Morty menyerahkannya pada Tn. Mort, “Kita lakukan hal yang sama.” katanya.
Maka malam itu, Kiehlyn dan aku resmi menjadi pemilik Vogills, arwah vampir kuno yang digunakan untuk membantu menjaga diri sekaligus menjaga Victorian Homer. Empat vampir lain mengucapkan selamat pada kami. Seakan Vogills merupakan barang mewah yang sangat langka, dan siapapun yang memilikinya akan dihormati.
Tn. Mort dan Tn. Morty menerima pembayaran dari Bellida, bukan uang seperti biasa untuk membeli darah yang kulihat melainkan lempengan yang agak transparan dengan kilauan hitam. Tn. Mort dan Tn. Morty mengucapkan terimakasih dan mereka saling berjabat tangan, transaksi selesai.
*****
Bellida kembali ke sofa,
“Nah, apa kau tak ingin mengeluarkan Vogillsmu Kiehl?”
“Hmmh....” Kiehlyn mengeluarkan keramik dari dalam kotak jeruji dan meniupnya.
Dari keramik putih itu suatu asap keperakkan muncul, kemudian membentuk siluet tubuh, beberapa detik memburam dan akhirnya terlihat jelas. Mereka seperti vampir-vampir kuno dengan wajah dan tatapan yang dingin suram, bengis, garis wajah yang tegas, terlihat tua namun juga kuat, kuku runcing tajam dan panjang, pakaian mereka pun terlihat sangat kuno. Taring mereka terlihat jika mereka membuka mulut, tidak tersembunyi seperti vampir saat ini. Kedua Vogills itu menunduk hormat pada Kiehlyn.
Sejujurnya saja aku agak gentar melihat mereka. Aku memiliki satu yang seperti ini? Astaga! Mereka sepertinya sangat berbahaya. Apakah Bellida menyerahkan miliknya karena ia akan pergi dari Vicorian Homer? Apakah ia akan pergi secepat itu dan menikah dengan Sain Areon? Dalam benak yang terus bertanya-tanya, aku masih saja terpana mengamati Vogills yang ada di hadapanku, tubuh mereka satu setengah kali lebih besar dari vampir biasa.
“Ryn... panggillah Vogillsmu kemari.” pinta Bellida.
“Bagaimana?”
“Perintah saja dengan pikiranmu.”
Aku menuruti kata-kata Bellida, aku memanggil Vogillsku, tiba-tiba saja suhu ruangan bertambah dingin. Padahal kami para vampir memang berdarah dingin, tapi ternyata kami masih bisa merasakan menggigil dengan yang satu ini. Kepalaku agak pusing dan seluruh tubuh gemetar.
Di ujung tangga ada sesuatu yang berwarna kelabu tua, melayang dan berkilauan. Ukurannya dua kali vampir normal, aku menganga melihatnya, tubuhnya yang besar itu ditunjang dengan rahang yang kokoh dan rambut panjang kasar terurai. Alis tebalnya terpaut sehingga dia terlihat marah, taringnya juga lebih panjang dari Vogills milik Kiehlyn. Kedua tangannya mengepal seakan dia siap bertarung.
“Oh my... God....”
Seketika aku bersyukur dengan sangat pada Bellida karena menggagalkanku mencari tahu apa yang ada di lantai atas. Lututku sudah lemas terlebih dulu melihat Vogills itu. Dia mengenakan pakaian kulit yang mungkin dulu berwarna hitam. Dia terasa lebih nyata dari dua Vogills yang lain. Ia semakin mendekat padaku, dan menundukkan kepalanya.
*****
“Ingat isi kontrak yang kau tanda tangani.” kata Bellida, “Sekarang dia milikmu dan kau harus mematuhi isi kontrak. Aku mengambil waktu bersamaan dengan transaksi Kiehl agar kau tidak lupa.”
“Apa yang terjadi jika aku lupa?”