UN ALT FEL (Yang Berbeda)

G. Cha
Chapter #12

Bagian 12

Aku masih mengenakan sweater robek bekas cakaran Roscha Lene, tapi tak masalah, justru membuat pakaian lama ini lebih keren. Kiehl meraih tangan kiriku yang tadi kupegangi. Dia menyibakkan lengan sweaterku dan melihat tato itu cukup lama.

“Indah...”

“Terimakasih.” kutarik tanganku darinya. Tapi dia masih memeganginya dengan erat, membuatku membelalakkan mata.

Sesaat kemudian Kiehlyn menarikku ke dalam pelukannya, pelukan dingin yang hangat. Aku menubruk dadanya dengan keras, tapi ia sangat kokoh, dan aku diam dalam dekapannya. Tak mengerti kenapa Kiehl seperti ini, apakah dia sedang bersedih?

“Jangan pernah pergi....” ujarnya lirih.

“Kau itu kenapa Kiehl?” Aku berusaha melepaskan diri darinya, namun ia justru memelukku makin kuat.

“Aku tahu kau akan datang. Aku sudah menunggu lama...”

“Astaga Kiehl! Aku tak mengerti maksudmu...”

Kiehlyn melepaskan pelukannya, tapi kedua tangannya memegang lenganku. Dia menatapku seolah tak percaya kalau aku ada di situ. Diriku bahkan tak tahu harus meresponsnya bagaimana.

“Apa kau mabuk darah?” Aku mengernyit padanya, khawatir dia keracunan karena menghabiskan darah pemuda tadi.

"Aku takut mulai sekarang aku tak bisa melepaskanmu, Ryn.” Kiehlyn kembali berdiri tegak dan menatap pohon-pohon di bawah, memandangi bangunan-bangunan rusak dengan besi yang mencuat ke segala arah. Memasukkan kedua tangannya dalam saku celana.

Aku memandangi vampir laki-laki itu dan mencoba mencerna kata-katanya. Tapi aku belum bisa mengambil kesimpulan pasti. Tindakan dan kata-katanya terlalu mendadak. "Apa kau akan menjadikanku tawananmu atau bagaimana?” tanyaku padanya, setengah tertawa.

“Aku hanya tak ingin kau punya pikiran untuk kembali pada pria yang namanya selalu kau sebut itu.…”

“….”

Kiehlyn menatapku lagi, dan membuatku salah tingkah. Saat ini juga aku ingin segera kembali ke kamar, menarik selimut tipisku hingga ke ujung kepala.

“Kita bisa membuat ikatan.” sambungnya.

“Ikatan apa maksudmu? Kau itu kenapa Kiehl?!”

“Ikatan dengan bertukar darah. Entahlah Ryn, kurasa aku jadi terobsesi padamu. Aku sudah lama menantikanmu.” Kiehlyn menekankan kalimat terakhirnya.

Aku mendengar kata bertukar darah dengan jijik. Tapi sebenarnya caranya sangat sederhana, hanya dengan menggigit dan meminum darah satu sama lain dalam waktu kurang dari satu jam. Baiklah, sepertinya Kiehlyn memang mabuk atau keracunan darah pemuda tadi, ucapannya melantur kemana-mana, lebih baik segera membawanya pulang.

“Sudah cukup melanturnya, ayo pulang!” sergahku, yang lebih terdengar seperti kalimat perintah.

Sekali lagi Kiehl meraih pergelangan tanganku, “Lupakan dia.”

Aku agak terkejut saat Kiehl mengucapkan “dia” lagi, yang mana pikiranku langsung tertuju pada Zel. Aku pura-pura bingung, aku tak ingin sok tahu dan menebak-nebak. Tapi tatapan Kiehlyn benar-benar serius dan aku tak bisa mengenyahkan pikiranku tentang Alozel Arnwill.

"Sebingung apapun dirimu, setakut apapun, seingin apapun untuk kembali pada kawan manusiamu, kau tak boleh meninggalkanku."

Aku diam saja dan tak menjawab pernyataannya. Aku sangat bingung dengan Kiehlyn yang tiba-tiba berubah serius ini, bukan Kiehl yang suka menggoda dan mengejekku seperti biasa. Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan langsung turun dari gedung, Kiehlyn mengikuti beberapa langkah di belakang, sepanjang perjalanan pulang kami berdua hanya diam. Canggung.

*****

Kepalaku dipenuhi oleh bayangan-bayangan Zel. Aku tak bisa mempercayai kalau dia telah tewas, tapi juga tidak mempunyai bukti untuk mendukung terkaanku. Dan aku tak cukup sedih untuk merasa bahwa Zel sudah tidak ada di dunia ini.

Jadi aku masih punya sedikit keyakinan bahwa Alozel Arnwill, kekasihku... masih hidup. Entah dimanapun sekarang berada. Aku berusaha mengingat bagaimana aku sangat menyukai aroma tubuhnya yang segar, tingginya yang hampir sama dengan Kiehlyn, pandangannya yang teduh, dan sikapnya yang protektif, semua itu membuatku semakin merindukannya. Ingin mencarinya tapi tak tahu harus memulai darimana.

Namun, jika... seandainya Zel masih hidup, akankah dia menerimaku kembali seperti dulu? Sekarang ini aku bukanlah manusia, aku bukanlah Everryn Heylden yang dulu, sekarang aku adalah vampir pemburu manusia.

Jika Zel masih hidup, apakah tak akan berbahaya baginya jika kami berdekatan? Pikiran-pikiran itu membuatku pusing, aku memegang pergelangan tanganku sekali lagi. Aku sangat merindukan Alozel Arnwill dan segala sesuatu tentangnya. Tapi di sisi lain, Kiehl semakin membuatku merasa nyaman dengannya, segala perhatiannya telah mengusik keteguhanku.

*****

Kami sudah sampai di pintu masuk Victorian Homer, aku masuk lebih dulu dan mendapati Roscha Lene sudah kembali dan sedang berbincang dengan teman-temannya, ia sama sekali tak menoleh padaku. Baguslah. Aku ingin segera kembali ke kamarku dan meratapi diri dengan alunan musik dari gramofon.

Kiehlyn tiba-tiba menubruk dari belakang dan melingkarkan lengan kanannya di leherku ketika melihatku tampak ragu dan sempat terdiam. Dia sengaja membuat kehebohan dengan keras, menanyakan kemana tadi Roscha Lene pergi. Wanita itu hanya tersenyum hambar pada kami, dan mengucapkan “selamat” dengan tidak tulus.

“Lepaskan aku, bodoh!” Aku berbisik keras pada Kiehl, sepertinya dia sudah tidak mabuk lagi. Sudah kembali seperti Kiehlyn yang biasanya.

Lihat selengkapnya